Hanya sebuah bangunan depan yang tua. Dari depan sungguh megah, namun di saat mengintip ke dalam, rupanya bangunan ini tidak memiliki “batang tubuh”, hanya bangunan depan. Yang membuat bangunan ini menjadi istimewa tidak lain adalah nilai historisnya. Sejarah selalu memberikan sesuatu “taste” yang tidak dapat dibeli dengan apapun, ada kenangan yang berbicara di balik dinding-dinding tua yang bisu. Makin ia tua makin ia berharga, makin dijaga, makin tinggi nilainya, makin memberikan decak kagum. Bahkan, lihatlah bangunan itu, bangunan tua di tengah-tengah modernisasi, hadir di tengah-tengah perkampungan modern agar manusia masa kini tidak melupakan sejarah.
Foto yang Anda lihat tidak sekadar kami berdua (saya dan istri), namun di belakang kami, atau lebih tepatnya di atas tangga Ruins St.Paul’s itu, ada sepasang pengantin yang sedang mengambil gambar “pra wedding”, mengabadikan gambar supermoderen dalam balutan suasana abad 19, entah apa yang dipikirkan sang pengantin, menikmatikah nilai sejarah? Ataukah tradisi para pengantin adalah berfoto di antara batu yang telah runtuh itu? Moga saja pernikahan mereka semegah dan seawet bangunan bersejarah itu.
Refleksi saya atas bangunan itu sangat sederhana, yakni, nilai-nilai tradisional perlu dipertahankan dalam dunia super moderen ini, kelihatan berbeda, namun suatu saat, nilai-nilai luhur dari nenek moyang akan menjadi indah di tengah tengah manusia mencari identitas dirinya. Kemegahan bukan lahir dari sebuah kelengkapan suatu bangunan, tetapi kemegahan lahir dari daya tahan suatu bangunan terhadap waktu yang terus berjalan. Setialah dalam nilai-nilai luhur dan belajarlah untuk berdiri dalam keberbedaan.