image

Saya yakin bahwa hampir setiap orang pada angkatan ini mengenal Bunda Teresa. Wanita ini sederhana bahkan jauh dari kesederhanaan ia terkesan amat sangat miskin.  Perhatianya pada kaum terhilang dan terpinggirkan tdk diragukan lagi.  Saya kagum bukan pada penampilannya (sebab ia tidak elok sama sekali), tetapi pada perspektif imannya. Allah dan Aku.  Terlihat jelas pada puisnya di bawah ini:

Apabila engkau berbuat baik, orang mungkin akan berprasangka kepadamu. Bertanya-tanya ada maksud apa dibaliknya. Namun, tetaplah berbuat.

Apabila engkau sukses, engkau mungkin akan dimusuhi. Orang mungkin akan iri kepadamu. Tapi, teruskanlah.

Apabila engkau berlaku jujur, orang mungkin akan menipumu. Namun, teruskanlah.

Apa yang engkau bangun dengan susah payah, dapat dihancurkan orang hanya dengan sekejap perbuatan.

Apabila engkau bahagia, orang mungkin akan iri kepadamu. Tapi tetap bangunlah kebahagiaan itu.

Kebaikan yang engkau tanam sekarang, mungkin akan dilupakan orang. Namun, teruslah berbuat baik. Karena kebaikan yang kita lakukan tidak akan pernah cukup.

Karena sadarilah, semua itu hakekatnya adalah antara engkau dengan Tuhan. Jangan pikirkan orang lain. Apa yang mereka perbuat dan katakan, tetaplah berbuat jujur. Karena semua hanya antara engkau dengan Tuhan.Semua hakekatnya hanya antara engkau dan Tuhan.

Perpektif Bunda Teresa di atas adalah filosofi hidupnya dan itulah juga panggilan iman kita sebagai orang Kristen. Tentu jangan dipahami bahwa pandangan org lain tidak penting, pandangan org lain adalah korektif bagi kita, namun juga perlu dipahami bahwa hidup kita tidak disandarkan pada penilaian orang lain. Hidup disandarkan pada firman Allah dan meneladani hidup Yesus adalah panggilan setiap kita. Jikalau kita melakukan dengan taat akan firmanNya, maka biarlah org lain menilai kita “pencitraan”, tetapi bagi Allah itulah “inside out”, integritas yg mewujudkan diri pada citra.