Karena bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan (Filipi 1:21)
Tidak ada kehidupan yang tidak diakhiri dengan kematian, bagaikan buku yang memiliki prakata dan kemudian ditutup dengan kesimpulan. Kendati pengetahuan ini adalah umum, namun masih banyak kisah manusia yang mencari obat abadi agar mereka bertahan dalam kehidupan ini selama-lamanya. Rasa-rasanya tidak ingin meninggalkan dunia.
Lagu “Jadoel,” Anna Mathovani
Pertemuan
Pertemuan malam ini tak kulupakan
Pertemuan kali ini membawa kesan
Walau sejenak bertemu
Hanya sekilas memandang
Cukup memberi kenangan indah dan kudus
Bilakah kita kan jumpa seperti ini
Memandang wajahmu lagi sepuas hati
Aku enggan untuk pulang walau waktu tlah menjelang
Kuingin hidup seribu tahun lagi
Namun bagi mereka yang mengerti hidup ini, Kematian justru merupakan keuntungan, dan usia adalah anugerah untuk memuliakan Tuhan. Hidup adalah sebuah proses, proses menjadi lebih baik atau bertumbuh makin dewasa dan penuh hikmat. Belajar mengamati manusia lain dan menyerap nilai-nilai positif. Mempertahankan iman, memeliharanya dan membagikannya.
Pada akhirnya, bukan usia dan cara meninggal seseorang yang penting, tetapi esensi atau isi dari kehidupan itu sendiri. Ada sebuah artikel menarik yang dirilis oleh REPUBLIKA.
REPUBLIKA.CO.ID, TOKYO–Ratusan manula di Jepang berkumpul. Mereka membentuk laskar berani mati. Tugas mereka sangat berbahaya: Mematikan PLTN Fukushima. Ini kisah mereka:
Di salah satu sudut kota Tokyo, di dalam kantor, tiga manula sedang asyik bercengkerama. Mereka ditemani komputer dan telepon seluler (ponsel). Kalau tidak melihat latar belakangnya, ketiganya persis seperti manula yang sedang kongkow-kongkow menghabiskan hari.
Namun manula yang ini lain. Mereka adalah trio pimpinan laskar veteran (The Skilled Veteran Corps) yang akan diterjunkan ke salah satu lokasi nuklir paling berbahaya di dunia saat ini, PLTN Fukushima.
Laskar manula beranggotakan 250 orang manula terlatih. Rerata umur mereka di atas 60 tahun. Kok bisa mereka yang dipilih? Ternyata ini berkaitan dengan fisiologis tubuh manula.
Menurut riset, sel-sel orang tua akan bereaksi lebih lamban terhadap radiasi nuklir ketimbang orang dewasa. Yasuteru YAmada (72 tahun), salah satu pimpinan laskar mengatakan, ia dan ratusan rekan mereka siap mengorbankan jiwa raga demi rakyat Jepang.
Mereka siap mati karena bagi mereka berbuat sesuatu diakhir hidup, itu yang terpenting apalagi sangat berguna bagi rakyat Jepang.
Menurut Bernice Neugarten (1968) James C. Chalhoun (1995) masa tua adalah suatu masa dimana orang dapat merasa puas dengan keberhasilannya. Artinya orang tua umumnya berharap diakhir hidupnya ia bertemu dengan yang namanya “keberhasilan”, kesuksesan yang dapat dinikmati. Jika hal itu tidak ditemui, maka ada perasaan “kurang puas”, “gagal”, ada sesuatu yang belum lengkap. Maka rasanya ingin tetap berjuang.
Kidung Jemaat 334 berkata
“Tiap orang harus mati, bagai rumput yang kering. Makhluk hidup harus busuk, agar lahir yang baru. Tubuh ini akan musnah, agar hidup disembuhkan. di akhirat bangkitlah, masuk sorga yang megah.”
Menyadari hidup ini singkat, maka marilah kita mereformasi hal yang kurang dalam hidup kita dan belajar hidup penuh makna. Ingatlah bahwa hidup kita adalah keuntungan (dalam Kristus Yesus) dan mati kitapun adalah keuntungan.