Nats : Ulangan 32:48-52
Saudara, kita sama-sama tahu siapa Musa. Musa adalah seorang nabi Tuhan yang punya relasi yang terbilang baik sekali dengan Tuhan. Dia melakukan perintah Allah selama 40 tahun, bukan waktu yang pendek.
Setiap hari ia menanggung beban yang begitu berat untuk menjalankan kepemimpinan di padang pasir. Mendengar keluhan dan makian bangsa Israel. Ia harus sabar bahkan ketika emosinya dalam jiwa harus berkecamuk. Tatkala kondisi baik, tidak ada satupun yang memujinya, dan tatkala kondisi buruk, ia yang dikritisi.
Kesetiaan Musa menghantar dia sampai ajalnya, dan lihat, hadiah apa yang Tuhan berikan? LARANGAN masuk ke Kanaan! Oleh karena satu kesalahan, bukan moralitas, tidak berkaitan langsung dengan hukum Taurat! Kalau secara manusia kita akan melihatnya tidak adil, tapi coba lihat, apa maksud Tuhan?
1. Manusia tidak Boleh Menghitung Jasa
Kalau kita tidak mengerti istilah “anugerah” maka kita akan terjebak dalam kata “aku”.
-Karena aku maka…
-Kalau aku tidak ada maka…
-aku lebih baik daripada yang lain…
-aku bukan kamu …
Inilah yang tidak dikehendaki Tuhan dalam sejarah kehidupan Musa. Bangsa Israel mengangungkan Musa sebagai nabi yang sangat besar, bahkan jangan pernah bicara kelemahan Musa karena itu tidak benar bagi bangsa Yahudi.
Allah menunjukkan bahwa aktor lepasnya bangsa Israel dari tanah Mesir adalah DIA. Pada saat yang sama, Allah menunjukkan bahwa manusia adalah makhluk yang sebenarnya tidak layak.
Musa adalah pribadi yang diangkat dari kubangan lumpur. Masih ingat ketika Musa bersembunyi dari kejaran Firaun? Dalam ketakutannya? Tuhan datang bukan karena kekuatan Musa tetapi justru Tuhan ingin memulihkan Musa!! memulihkan dari masa silam yang kelam.
Ilustrasi :
anak-anak TK diminta mebuat kraetifitas dari kertas. Seorang anak menyobek-nyobek kertasnya dan mengelemnya kembali. Teman-temannya tertawa, dan gurunya bertanya, kenapa kamu lakukan seperti itu? ANak itu mengatakan, papa selalu katakan, hidup Caca seperti kerta yang tersobek-sobek, dan Allah adalah lemnya.
Aplikasi :
Ketika kita jg berada dalam kubangan dosa, Yesus memulihkan kehidupan kita, sehingga apa yang kita miliki saat ini. Not me, but Him!
2. Manusia mengenal Ia adalah Allah yang penuh anugerah (52)
Ini indah sekali Saudara, kenapa? Karena di tengah-tengah kehidupan Musa yang pernah tidak menghargai kekudusan Allah dan marah pada Allah. Allah masih saja memberikan kesempatan kepada Musa untuk melihat Tanah Perjanjian.
Ayat 52, “terbentang di depanmu”. Musa diizinkan melihat seluruh tanah itu dan kekayaan tanah itu dari tempat yang bahkan orang Israel bisa masuk tapi tidak dapat melihat seluruh tanah itu. Musa diberi anugerah.
saya memikirkan bahwa Musa di gunung yang tinggi itu, juga diberikan kesempatan untuk diam merenung perjalanan panjang bahwa apa yang ia capai sungguh merupakan pertolongan Tuhan.
Dan ketika Tuhan mencabut hak Musa untuk masuk dalam Tanah Perjanjian, itu merupakan satu pelajaran penting bahwa apa yang fana dalam dunia ini merupakan sesuatu yang pada akhirnya hanya dipandang dan tidak dapat kita nikmati.
Maka muncullah perenungan Musa dalam Mazmur 90, “Ajarlah aku menghitung hari-hariku”.
Jadi saudara, kalau melihat bagian ini, jangan melihatnya hanya sebatas hukuman Allah bagi Musa. Tetapi juga kita menyadari bahwa ini adalah anugerah yang mengajar Musa banyak merenung.
Ada sebuah lagu :
REFF
“Hitung Berkat Satu Persatu, Dan Lihatlah Karya Tuhanmu. Hitung Berkat Satu Persatu. Hitung Berkat Yang Melimpah Padamu”.
Masalahnya, banyak orang yang tidak bisa menghitung karena terlalu sibuk, tidak merenung. Ada kalanya kita perlu berdiam seperti Musa dan melihat karya Tuhan yang ajaib.
3. Pada akhirnya, hanya manusia dengan Allah
Saudara, Musa pribadi yang 40 tahun hidup dalam keramaian, ia punya banyak sekali pengalaman dan pengetahuan. Ia punya kakak, punya martua dan istri, bahkan anak-anak. Walaupun penuh pergumulan, ia pun memiliki masa-masa indah bersama keluarga dan sahabat. Holiday di padang pasir!
Tetapi waktu yang terus berputar ini membuat siapapun pada akhirnya terpisah dengan orang yang dikasihinya. Ayat 50, rupanya kakaknya yang ia sayangi sudah meninggal, istrinya dan martuanya pun demikian. Anak-anaknya terpisah dengannya dan masuk dalam tanah Perjanjian. Sang ayah berada di gunung Nebo, seorang diri dan akhirnya memang kita semua akan seorang diri.
Tidak ada sahabat yang lebih setia daripada Dia. Ketika semua meninggalkan kita, Dia bersama dengan kita. Ketika kelak kita memiliki usia yang lebih jauh daripada pasangan kita, toh kita hanya bersama dengan Dia.
Musa tidak bersedih, dia tidak kesepian, sebab Allah bersama dengan dia. Pada akhirnya hanya saya dan Tuhan dan saudara dengan Tuhan.