LSLB358

Aku sesat seperti domba yang hilang, carilah hamba-Mu ini, sebab perintah-perintah-Mu tidak kulupakan.
(Mazmur 119:176)

Ketika kita diciptakan Allah, Ia menaruh kebutuhan mendasar pada diri kita untuk merindukan akan Dia.  Saat kita merindukan-Nya, kita takkan pernah dapat meraihnya, kita butuh anugerah Allah, kita semua membutuhkan kasih Allah dalam hidup kita.  Allah yang dikenal pemazmur bukan hanya Allah yang menaruh kerinduan itu, namun pada pemazmur, Allah kemudian maraihnya untuk menjadi anak di hadapan Allah.

Suatu hari anak saya berkata, “papa, baju itu bagus yah?  Sambil ekspresinya ingin memiliki baju itu.”  Anak saya ingin tetapi ia tak mampu memilikinya karena tidak memiliki uang membelinya.  Maka saya membelikannya sebagai anugerah kepadanya.  Ia butuh baju itu untuk salah satu acara di sekolahnya, walaupun baju itu agak mahal, tapi ia sangat membutuhkannya. Saya mengerti kebutuhanmu, saya mengerti kerinduanmu, saya mengerti perasaanmu.

Pemazmur “kebelet”, betapa dari syairnya, kita dapat memahami “desire” yang teramat besar, seperti seorang anak yang terpisah dari kedua orang tua yang amat dikasihinya.  Teriakan dari lubuk hatinya paling dalam mengungkapkan pernyataan kejujuran yang menggambarkan posisi manusia di hadapan Allah, yaitu, tanpa Allah, kita tersesat!

Kesadaran seperti di ataslah yang kita butuhkan, karena darinya kita akan menghargai keberadaan dan kehadiran Allah dalam hidup keseharian kita.  Sikap menghargai itu membuat setiap orang akan menjaga dan memelihara Firman Tuhan dalam lakunya setiap saat.