Unknown

Nats : Markus 8:31-38

1. Tuan Rumah yang Tertolak

Ini bukan lagu baru. Yohanes dalam tulisannya pada Pasal 1:11 telah mengatakan bahwa Ia (Yesus) ditolak oleh dunia ini. Pencipta semesta dari ketiadaan menjadi ada, Ia yang kemudian memelihara dunia dan sejarah dengan kedaulatan-Nya, dan yang membentuk manusia dari “humus”. Namun, ketika Ia datang, alam semesta justru menolak-Nya.

Alasannya sederhana, yaitu Tuhan tidak berpihak pada mereka. Maka ayat 31 menjadi jelas: Imam-imam dan tua-tua, juga ahli Taurat tidak menyukai Yesus.

“Kalau Kebenaran tidak Berpihak pada kita maka Kebenaran itu kita anggap sebagai “ketidakbenaran”. Tetapi kalau ketidakbenaran menguntungkan kita, maka ketidakbenaran itu kita anggap sebagai kebenaran.”

Dalam Alkitab kisah Pilatus jelas di sini : Ia bertanya pada Yesus mengenai identitas diri Yesus. Jawaban Yesus jelas, bahwa Pilatus telah mengatakan hal benar kalau Ia (Yesus) adalah kebenaran. Namun Pilatus mencuci tangan oleh karena ia merasa bahwa kebenaran ini (Yesus) tidak menguntungkan dirinya.

Petrus dalam bagian sebelumnya menyebut Yesus adalah Mesias. Namun salah berlogika.

Mesias adalah Juruselamat. sosok yang kuat dan besar, tidaklah mungkin menderita.
Logika ini dipasang pada hidup kita : Saya anak Allah mana mungkin menderita?

Menyangkal diri dalam bagian kita baca sudah menunjukkan bahwa itu penderitaan jiwani (dan Kristus menyangl diri-Nya). sebab ketika manusia jatuh dalam dosa, kecenderungan hatinya adalah berdosa. Dan itu harus dilawan. Itu penderitaan ketika kita melawan kesenangan diri sendiri.

Ilustrasi : Seorang remaja putri yang senang sekali dengan gelang perak ukiran rose, ayahnya minta tetapi anak itu berontak dan marah terhadap ayahnya.

Ketika seorang pemarah menghela napas dan berusaha tenang
Ketika seorang yang menunda hobby nya demi pekerjaan Tuhan dan pelayanan
Ketika seorang berusaha senyum kepada orang lain dalam pergumulannya
Ketika seorang mengatakan kebenaran Yesus di tengah-tengah para penolak

SEMUA ITU sulit! Sulit karena kita harus melawan kebiasaan dan kehendak dunia ini. Ketika Yesus berbeda dengan dunia, saat itulah Dia ditolak!
2. Berani Menolak Dunia

Kita dipanggil untuk ditolak oleh dunia dan kita diajak justru juga menolak dunia (keinginan daging)!
Nats kita bicara bahwa pergumulan yang besar dalam diri seorang Kristen bukanlah problem sekitar kita. Bukan masalah yang ditimbulkan oleh hal-hal di luar kita.

Ketika Yesus berbicara tentang menyangkal diri dan memikul salib + Mengikuti Dia. Problem itu rupanya ada di dalam diri kita. KOMITMEN kita, KESETIAAN kita diharapkan tidak tergantung kondisi dan situasi kita sekitar kita.

Sehingga cara berpikir orang Kristen adalah berbeda dengan orang dunia.

Orang dunia, sukacitanya tergantung pada respon orang lain pada dirinya. Dunia menjadi garam yang mengasinkan dirinya.
Orang Kristen, sebaliknya, sukacitanya ada di dalam Yesus bukan respon orang lain. Bukan dunia menggarami dia, tetapi dia yang menggarami dunia.

Ilustrasi : gambar burung berkicau di tengah gemuruh dunia

Manyangkal diri adalah melawan diri. menyangkal diri adalah merendahkan hati seperti Yesus — Tomas Kempis, seorang perenung mengatakan, bahwa musuh kita adalah diri kita! Kadangkala prinsip kita dibangun dengan patokan harga diri yang keliru. Diri adalah fokus bukan Yesus. Sehingga seorang perenung yang lain pernah mengatakan: “Orang yang mematok harga dirinya sebagai yang utama dan tidak pernah mau merendahkan hati, sesungguhnya orang itu justru tidak memiliki harga diri.”

Kalau dunia mengajarkan kita mengikuti diri dan menyangkal Kristus. Mari saudara, Kita lawan dunia itu, sebab kita dipanggil untuk menyangkal diri dan mengikuti Dia.

Dalam alam pikiran Yahudi, ada 2 wilayah dalam hidup ini. Wilayah surgawi dan wilayah iblis!!

Menolak dunia atau menolak Yesus? Itulah kemudian dikatakan pada ayat 38: Kalau kita memilih dunia maka kita tidak diakui Yesus sebagai sahabat-Nya. Kalau kita menolak dunia maka kita berkenan kepada Allah, Karena kita mengikuti teladan-Nya. Tidak menjadikan diri prioritas tetapi Yesus pokok dalam hidup ini.

Kalimat saya terakhir saya kutip dari ilmuwan besar:
“Kebanyakan orang mengatakan bahwa kecerdasanlah yang melahirkan seorang ilmuwan besar. Mereka salah, karakterlah yang melahirkannya.”

Bukan apa yang ada pada diri kita yang membuat kita besar di hadapan Allah, melaikan karakter kita yang serupa Yesuslah yang membuat kita berkenan di hadapan-Nya.