loyality

Ayub 3:1-26

Apa yang dapat diandalkan dari seorang manusia?  Emosi manusia penuh dinamika, ia pun berjuang untuk setia, mudah marah dan kecewa, serta perlu banyak belajar dari orang lain dan alam sekitarnya.  Semua itu menunjukkan bahwa manusia itu lemah adanya.

Ayub adalah seorang tokoh yang dikenal kuat menahan derita.  Penderitaan melekat kuat ketika nama Ayub disebut.  Pengenalan akan Tuhan melalui serentetan kisah Ayub menunjukkan bahwa ia pribadi yang memiliki relasi yang baik dengan Tuhan.  Bahkan tidak segan-segan ia menegur istrinya, “yang baik mau kamu terima dari Allah, masakan yang buruk tidak”?  Memang dari perkataan ini Ayub tidak berdosa dengan bibirnya, namun ia memiliki pemahaman yang kurang tentang kejadian yang menimpanya. Bukan Tuhan yang menimpakan yang buruk kepadanya, melainkan iblis.  Tetapi jika izin dikatakan diberikan Tuhan, maka itu adalah yang baik dan bukan buruk.  Karena hal itu menguji kesetiaan Ayub.

By the way, Ayub tidak kehilangan iman namun ayat 3 ia kehilangan kesabaran.  Dalam gejolak batinnya, ia tidak berani menyalahkan Allah secara LANGSUNG, namun mengutuki dirinya dengan keluh kesah yang panjang.  Menyesali diri yang sebenarnya “curhat”nya justru menyalahkan Sang Pencipta.  Ngapaiin loe ciptakan gua? Ayat 11, “mending gua mati waktu lahir.”  Bagimana jika anak kita mengatakan hal serupa di depan kita?

Tapi manusia yang mana bisa tahan dengan penderitaan yang dialami Ayub?  Tidak ada dosa yang diperbuatnya, tidak ada nista yang dilakukannya.  Sebaliknya, baru saja ia berdoa untuk keselamatan anak-anaknya.  Baru saja ia beribadah dan hidupnya saleh di hadapan Allah.  Mengapa ini terjadi?  Biarkan pertanyaan ini menjadi sebuah misteri!

Ada pepatah mengatakan, hari kematian jauh lebih baik daripada hari kelahiran.  Artinya, sebagai apa ketika manusia mati jauh lebih baik daripada kondisi saat ia lahir.  Ayub memilih setia diakhir kisahnya, dan akhir kisahnya itulah yang membuatnya dikenal sebagai nabi yang setia.

Bagaimana dengan saudara?  Masih setiakah atau sudah mulai undur?

Ada sebuah kisah menarik di bawah ini: 

Alkisah ada 3 orang pekerja yang sedang bekerja membangun sebuah bangunan yang besar , lalu seseorang mahasiswa yang sedang melakukan tugas lapangan nya datang kepada 3 orang tersebut dan bertanya
Apa yang sedang anda lakukan di sini pak ?
Pekerja pertama menjawab : ” saya sedang menata batu batu ini untuk menjadi sebuah tembok, sebenar nya saya malas dengan pekerjaan saya ini kalau ada peluang ataupun pekerjaan yang lebih baik saya akan cepat-cepat keluar dari tempat yang menjemukan ini ”
Lalu mahasiwa itu mendatangi pekerja yang kedua dan menanyakan pertanyaan yang sama
Pekerja kedua menjawab : ” saya sedang mencari nafkah di tempat ini. Lumayanlah untuk membuat dapur rumah saya agar tetap dapat selalu mengebul ”
Setelah mendapatkan jawaban dari pekerja yang kedua itu sang mahasiswa tersebutpun mendatangi orang yang terakhir atau orang yang ketiga dan tetap menanyakan pertanyaan yang sama
Sang orang terakhir itupun menjawab : ” saat ini saya sedang menjadi bagian dari sebuah sejarah yang besar bagi kehidupan saya pribadi dengan ikut serta membangun sebuah gedung yang besar ini , saya akan selalu berusaha memberikan setiap sentuhan terbaik yang saya miliki agar tercipta sebuah bangunan yang kokoh dan sempurna dari sentuhan tangan saya ini
Kelak apabila bangunan ini telah rampung secara keselurahan , saya akan mengajak anak anak saya kesini , saya akan berkata kepada mereka bahwa di balik bangunan yang megah ini ada sentuhan tangan ayah nya , sentuhan yang membuat nya lebih sempurna. ” Bangunan itu adalah St. Paul di London.

Bangunlah iman kita dengan kebanggaan bukan keluh dan kesah.  Setialah dengan kerelaan, bukan dengan penyesalan dan keterpaksaan.