Nats : Bersukacitalah senantiasa dalam Tuhan! Sekali lagi kukatakan: Bersukacitalah! (Filipi 4:4)
Bacaan : Filipi 4:1-8
Pendahuluan
Fanny Crosby kehilangan kemampuan penglihatannya ketika baru berusia enam minggu. Ia mencapai usia 92-an, berarti ia seorang yang tidak pernah melihat keindahan alam dan sekitarnya. Namun, ia telah menggubah ribuan pujian yang digemari banyak orang. Pada ulang tahunnya yang ke-92 dengan gembira ia berkata, “Jika ada orang di dunia ini yang lebih bahagia daripada saya, bawalah orang itu kemari supaya saya bisa menyalaminya.”
Apa yang memampukan Fanny Crosby mengalami sukacita yang demikian besar dalam situasi yang bagi kebanyakan orang merupakan “tragedi”? Sejak usia dini ia memilih untuk “bersukacita senantiasa dalam Tuhan” (Filipi 4:4).
Sebenarnya, Fanny hanya melaksanakan sebuah keputusan yang dibuatnya ketika baru berusia 8 tahun: “Betapa banyak rahmat yang saya nikmati tetapi tidak dapat dinikmati orang lain. Menangis dan mengeluh karena buta? Saya tidak akan dan tidak bisa berbuat demikian.”
Apa yang membuat Fanny bersukacita?
Yohanes 15:11, “Semuanya itu Kukatakan kepadamu, supaya sukacita-Ku ada di dalam kamu dan sukacitamu menjadi penuh.”
Di sini, hadirnya Kristus dalam kehidupan kita bertujuan agar kita bersukacita. Saudara, sukacita bukan berarti tidak pernah menangis atau bersusah hati, dalam 1 Tesalonika 4:13, dikatakan oleh Paulus, “janganlah kamu berdukacita seperti orang yang tidak mengenal Allah.” Berdukacita, berarti ada airmata. Saudara, itu manusiawi, Tuhan menciptakan manusia dengan berbagai keistimewaan salah satunya adalah rasa pahit dan air mata yang dapat kita rasakan. Jadi ketika kita menangis karena pergulatan masalah dan tekanan itu bukan tanda kelemahan, tetapi ekspresi hati dan jiwa kita.
TETAPI …
“Jangan seperti orang yang tidak mengenal Allah”. Dukacita adalah merasakan masalah dan tidak masalah yang dapat membuat kita jauh dari Allah karena Allah kita lebih besar daripada masalah kita.
Ilustrasi : Salah satu contoh dalam kisah Abraham adalah penrintah Tuhan menyembelih anaknya. Alkitab tidak menunjukkan sisi psikologis Abraham ketika menerima perintah itu. Ia di suruh ke gunung Moria untuk menyembelih anaknya yang ia nantikan. Saudara, tiga hari perjalanan, apa yang kira-kira dipikir Abraham, saya menduga perasaannya campur aduk. Bingung, tidak percaya, mencoba percaya, bahkan mungkin seabrek pertanyaan kepada Allah dan juga tangisan dan rasa pahit di dalam hati. Tapi ia menang karena belajar untuk percaya. Catatan saya: Abraham bapa orang beriman tidak ototmatis percaya sepenuhnya, tetapi tiap hari ia belajar untuk percaya kepada Allah!
Apakah Saudara yang ada disini memiliki pergulatan hidup yang membuat asam pahit hati sehingga rohani kita cegukan?
Para tokoh Alkitab tidak satupun yang tidak pernah mengalaminya! Tetapi mereka mengalami dan makin mengenal kuasa Allah ketika mereka mengalaminya!
Ada dua macam iman orang Kristen, yaitu : Kentang atau telur. Kentang masuk air rebusan akan jadi lembek. Tetapi telur masuk air rebusan justru menjadi keras dan enak di makan. Orang Kristen telur adalah mereka yang pernah menangis tetapi SELALU tertawa, mereka yang pernah merasa pahit tetapi SELALU merasa manis.
Paulus menekankan dengan KERAS juga, Bersukacitalah, SEKALI LAGI…”
Kebangkitan Kristus mengubah para murid dari weak to strong
Ilustrasi Video: https://www.youtube.com/watch?v=IgcOdk3I1Yg
Saudara, mari kita selalu bersukacita dalam keseharian kita dengan percaya Ia hidup