Pendahuluan
Saudara, pasti tidak asing dengan persahabat Daud dan Yonatan. Dalam Alkitab dikatakan bahwa jiwa mereka “berpadulah” atau niqserah (melekat dengan begitu kuatnya), dan dibarengi dengan kata “kasih” – Mengasihi (ahav) menggabarkan kasih Allah terhadap umat-Nya. Saudara bisa bayangkan bahwa persahabat Daud dan Yonatan tidak didasari persamaan hobi, status atau latar belakang, dan pendidikan, tetapi ahav – kasih Allah terhadap jemaat.
ISI
Masalahnya, dalam alkitab, persahabatan seperti itu hanya ada dalam beberapa kisah (di antaranya: sadrakh, mesakh, abednego). Persahabat yang baik itu menurut Amsal bisa dilakukan apabila:
1. Kita Memiliki Hikmat !
Saudara, dalam dunia sekarang ini, mencari sahabat yang baik adalah hal yang sulit! Sebaliknya kalau yang eksklusif, possessive, materialistis mudah. Mencarinya seperti beli baju di Matahari, banyak pilihan.
Saya pernah punya sebuah kelompok sahabat, ada seorang sahabat, menceritakan kejelekan orang lain. Saudara, kalau kita tidak memiliki hikmat, kita akan termakan hasutannya. Tetapi karena hikmat itu ada maka ada dua yang terbersit dalam pikiran kita, yaitu, sahabat kita ini kurang berefleksi diri, dan ketidaksukaannya membuat mulutnya mengendalikan hidupnya. Solusinya adalah, mengganti topik cerita dan menunggu waktu yang tepat untuk mentransformasi hikmat kepadanya.
Hikmat itu bukan nama orang atau menu makanan di restoran dan rumah makan. Hikmat adalah anugerah kebijaksanaan dari Allah. Kalau persahabatan di dasari dengan hikmat berarti persahabatan itu memiliki pola dasar kebenaran yang kekal. Artinya, hikmat itu membuat kita berpikir secara konsisten, atau persahabatan tidak buta. Contohnya, kamu sahabatku maka apapun yang kamu lakukan akan saya dukung”. Hikmat tdk seperti itu! Hikmat dapat memilah hal-benar dan hal yang salah.
Dalam Amsal 2:8 dst, dikatakan bahwa hikmat menjaga kita dari segala yang jahat. Dia menjagamu dan terus menjaga hidupmu:
Ilustrasi : https://www.youtube.com/watch?v=fNlxGy0brOA
Hikmat itu ibu kita!
Saudara tahukan betapa rentan hidup kita? Betapa mudah saudara menjelekkan orang lain bahwa sahabatmu sendiri? Betapa saudara, kita adalah makhluk yang demikian mementingkan diri? Hikmat menjauhkan kita dari semua itu!
2. Jadikan Hikmat menjadi Tindakan
Saudara, ketika Yesus mengatakan Ia sahabat kita yang baik (kaitkan dengan kata “hanya Allah yang Baik), maka tersiratlah bahwa Yesus itulah HIKMAT yang diterjemahkan dalam bentuk manusia. Kalau saudara perhatikan Yesus, maka Ia adalah sahabat yang care, peduli dan semua itu dibungkus dengan “demi kepentingan sahabat-Nya”
Kalau persahabatan sudah sampai pada titik ini maka persahabatan itu berprinsip memberi bukan menerima! Dan tentu saja hal ini adalah pengorbanan yang tidak mudah!
Ikut model Yesus berarti:
Sahabatmu tidak hanya dalam kelompokmu tetapi semua orang!
Saudara siap menerima sahabatmu dengan apa adanya dia!
Kerja keras untuk mengarahkannya menjadi serupa Yesus.
Kalau tidak, pertemuan kita 2 hari di tempat ini menjadi sia-sia.
Persahabat model Yesus bukan 3 K, tapi SCJ:
Kegemaran yang sama (hoby dan kesukaan)
Kehidupan yang mirip (sama-sama kaya, sama-sama miskin, dll)
Keuntungan diri (apa yang bisa saya dapatkan darimu?)
1.Share : Bagikan apa yang kamu punya!
2. Care : Peduli seperti kamu peduli dirimu
3. Joy : Lakukan dengan kerelaan tanpa kalkulator!