url

PENDAHULUAN

Pada tanggal 1 November 2004, suatu lembaga yang menamakan dirinya Badan Pengurus Ikatan Mubaligh seluruh Indonesia membuat surat teguran kepada Dirjen Bimas Kristen Departemen Agama RI dan Lembaga Alkitab Indonesia.  Intinya, mereka ingin agar orang Kristen memakai nama YAHWEH dan menghilangkan kata “Allah”.  Beberapa alasan pun mereka tuliskan untuk meyakinkan banyak orang mengenai kesalahan penggunaan nama Allah.  Beberapa gereja saat ini mengikuti perubahan nama Allah ke YAHWEH bahkan cukup gencar melakukan hal tersebut dalam “penginjilan” mereka.

Menanggapi hal tersebut dimanakah harusnya posisi kita sebagai anggota jemaat GKI?  Tentu saja kita menjawabnya bahwa kita tidak akan menghilangkan kata Allah dalam alkitab. lebih dari itu kita tetap memakainya sebagai kata yang mengarah kepada Sang Khalik.  Tetapi mengapa? Kita perlu belajar melihat hal tersebut dengan lebih jelas.

YAHWEH

Bagi pemuja nama YAHWEH (selanjutnya disebut kaum namais), nama Allah merupakan kesalahan fatal sebab kata “Alah” merupakan nama berhala. Dalam situs https://buktidansaksi.com, dikatakan bahwa “Allah eksis di Arab pra Islam. Pada jaman Arab kuno, Allah dipandang sebagai sesembahan utama/ilah (sebagai dewa Bulan) dan kaum pagan Arab menyembah Allah sebelum kedatangan Islam”. 

Hal tersebut merupakan salah satu alasan penolakan kaum namais terhadap kata “Allah”, di samping itu, penolakan tersebut juga di latar belakangi oleh sikap hormat atas nama asli TUHAN.  Mereka menghendaki nama asli TUHAN dikembalikan ke dalam alkitab sebagai kebenaran dan sikap hormat atas identitas diri Allah.

Menanggapi hal tersebut, alasan pertama kaum namais merupakan hal yang benar bahwa dewi bulan di sebut sebagai allah.  Namun, perlu juga dipahami bahwa kata YAHWEH pernah juga dipakai oleh bangsa Israel tatkala menyebut lembu emas sesembahan mereka. 

Keluaran 32:5  וַיַּרְא אַהֲרֹן וַיִּבֶן מִזְבֵּחַ לְפָנָיו וַיִּקְרָא אַהֲרֹן וַיֹּאמַר חַג לַיהוָה מָחָר׃Translit, VAYAR ‘AHARON VAYIVEN MIZBE’AKH LEFANAV VAYIQRA ‘AHARON VAYOMAR KHAG LAYEHOVAH (YHVH) MAKHAR (sarapanpagibiblika).

Nama YHVH juga digunakan di luar Alkitab, jadi bukan hanya oleh bangsa Israel saja, misalnya Dewi Asyera atau sejenisnya pernah dipuja pada zaman kerajaan di Israel dan dipanggil dengan YHVH. Diperkirakan Dewi Asyerata dipuja di kota Samaria dan daerah-daerah Yehuda Selatan dan Sinai Utara.

Walaupun kata YHVH merupakan kata yang pernah dipakai dalam menyebut berhala, nama YHVH tetap merupakan nama yang suci oleh bangsa Israel dan penyebutan nama tersebut pun tidak boleh dipakai secara sembarangan.

Dalam tulisan Yohanes BM mengenai “Kontroversi Penggunaan Nama Allah”, ia mengatakan bahwa “Israel tidak lagi menggunakan nama YAHWEH karena nama itu terlalu suci untuk diucapkan berdasarkan hukum Taurat di Kel. 20:7.  Dugaan lain adalah tetragram nama YAHWEH tidak dapat diucapkan dengan tepat.  Karena itu LAI mengambil sikap tidak lagi menggunakan nama YAHWEH dengan alasan bahwa setelah pembuangan di Babel, umat Israel tidak lagi menggunakan nama YAHWEH, termasuk Tuhan Yesus.  Maksudnya umat Israel dan Tuhan Yesus tidak pernah menolak di YAHWEH sebagai Allah.  Justru baik umat Israel dan Tuhan Yesus justru begitu menghormati nama YAHWEH sehingga nama “YAHWEH” harus dilafalkan menjadi “adonai”.  Adonai sendiri berarti Owner atau pemilik yang diterjemahkan sebagai TUHAN, Sang pemilik atas semesta beserta isinya.

MENGAPA KITA TETAP MEMAKAI KATA ALLAH?

Perlu dipahami bahwa penulis tidak alergi dengan kata YEHWEH, bahkan diakui jika nama tersebut adalah suci dan kudus, saking kudusnya maka secara teologis nama tersebut hendaklah tidak banyak disebut.  Artinya, perlu adanya nama pengganti (seperti yang dilakukan oleh orang Ibrani) yang tetap pada fokusnya kepada Sang Khalik.  Alkitab dalam konteks bahasa Indonesia memakai nama Allah.  Bagi gereja protestan nama Allah bukanlah sebuah kesalahan.  Mengapa?  Mari kita menelusuri sejarah dan melihatnya secara logis.

Dalam peristiwa Pentakosta, tidak sedikit orang berkumpul untuk menanti turunnya Roh Kudus. Dalam peristiwa itu orang yang berkumpul adalah mereka dari bangsa-bangs yang berbeda di antaranya adalah orang Arab (Kis 2:11).  Orang Arab sebelum datangnya Islam sudah menyebut Sang Ilahi sebagai Allah.  Dalam ayat 6-8, ketika rasul-rasul berbahasa, orang banyak yang berkumpul mendengar para rasul berbicara dalam sebuah bahasa yang dimengerti oleh orang banyak.  Saat itu, orang Arab mendengar penyebutan nama Sang Khalik sebagai apa?  YHVH atau Adonai?  Ataukah Allah?  Simak baik-baik ayat 7, “Mereka semua tercengang-cengang dan heran lalu berkata: “Bukankah mereka semua yang berkata-kata itu orang Galilea? Bagaimana mungkin kita masing-masing mendengar mereka berkata-kata dalam bahasa kita sendiri, yaitu bahasa yang kita pakai di negeri asal kita?”

2.  Ada beberapa nama Allah yang dapat kita ketahui melalui ALkitab di   antaranya:

Adonai, Tuan atau Tuanku atau Allah yang Perkasa

El, Allah yang Kuat

Elohim, Sang Pencipta yang Maha Kuasa

Elyon, Allah yang Maha Tinggi

Elohe Yisrael, Allah Israel

El Olam, Allah yang Kekal

El Roi, Allah yang Melihat

El Shaddai, Allah yang Maha Perkasa

Immanuel, Allah bersama kita

Nama pribadi Allah dalam Bahasa Ibrani terdiri dari 4 huruf: YHWH, seperti yang diberikan kepada Musa sewaktu Musa menanyakan siapa nama-Nya di dalam Kitab Keluaran. Nama ini yang sangat takut diucapkan oleh orang Ibrani (Israel) sehingga mereka hanya menggunakan kata Adonai (=tuan, tuanku) saat membaca tulisan YHWH (Yahweh) di kitab suci. Dalam Alkitab bahasa Indonesia, kata YHWH ditulis Tuhan (semua huruf besar atau small cap), sedangkan kata “Allah” dipakai untuk kata Ibrani “El” atau “Elohim”. Untuk kata sebutan “Allah” banyak istilah dalam bahasa Ibrani. Kata Adonai atau El dan sebagainya untuk diucapkan tidaklah ditakuti oleh orang Ibrani.

Menurut New Advent Catholic Encyclopedia, Bangsa Yahudi mengenal tiga sebutan nama untuk Tuhan, yaitu El, Elohim dan Eloah, di samping nama YHWH (Tetragrammaton/ Yahweh). Perkataan Yahweh ini terdapat sekitar 6000 kali dalam Perjanjian Lama, Elohim 2570, Eloah 57 kali dan El 226 kali (selanjutnya mengenai nama YHWH, El, Elohim dapat dibaca di http://katolisitas.org).

Kata Ibrani elohîm berasal dari akar kata El (Yang Ilahi) yang lebih dominan dalam teks-teks PL yang lebih ‘kuno’.  Ketika diterjemahkan dalam dialek Arab maka El adalah Al (yang satu-satunya) dan tambahan kata ilah (yang ilahi/God).  Perlu digarisbawahi bahwa pemakaian kata Allah sudah dipakai orang-orang Kristen Arab jauh sebelum orang-orang muslim menggunakannya, dan ketika mendengar kata “Allah” saat ini orang-orang Kristenpun tidak pernah memahaminya sebagai Tuhan kaum muslim.Ahli lain lebih melihat bentuk plural elohîm sebagai sebuah intensifikasi yang mengarah pada absolutisasi: “Allah dari segala allah” (God of gods) atau “Allah Maha Tinggi” (The Highest God), pokoknya: satu-satunya Allah yang menghadirkan Yang Ilahi secara konprehensif dan absolut! (sarapanpagi.org)

PENUTUP

Penulis tidak anti dengan pemakaian nama YAHWEH. Hanya saja secara historis-teologis pemakaian nama YAHWEH sangatlah kudus bahkan hal tersebut membuat orang Israel tidak lagi mempergunakannya pasca pembuangan di Babel.  But, it’s ok!

Nama Allah sendiri bukanlah sebuah nama di mana setiap orang harus alergi, alih-alih mengatakan Allah sebagai berhala, YEHOVAH (YHVH/YHWH) adalah kata yang juga pernah dipakai menyebut lembu emas Israel, bahkan YHVH merupakan nama dewi Asyera (sesembahan orang Asyera).  Saya ingin katakan, banyak hal dalam realita hdup kita yang berkaitan dengan penamaan berhala, seperti sunday, monday dan wendnesday (dewa matahari, bulan dan nama lain dewa Odin sesembahan orang Mesir), dan masih banyak lagi.  Dengan kata lain, Nama Allah juga dipakai menyebut dewi bulan, namun iman kita dalam menyebut baik YAHWEH ataupun Allah adalah mengacu kepada satu Tuhan, pencipta Khalik semesta ini.  Apalagi nama Allah adalah dialek Arab yang bersumber dari bahasa Ibrani yang adalah Elohim.  Salah satu penyebutan Nama Allah yang sah!