jesuhug

Bacaan : 2Korintus 5:6-8
Maka oleh karena itu hati kami senantiasa tabah, meskipun kami sadar, bahwa selama kami mendiami tubuh ini, kami masih jauh dari Tuhan, sebab hidup kami ini adalah hidup karena percaya, bukan karena melihat, tetapi hati kami tabah, dan terlebih suka kami beralih dari tubuh ini untuk menetap pada Tuhan

Suatu hari ada seorang yang sangat rajin berdoa, rajin beribadah dan rajin melayani Tuhan. lalu ada seorang ayah berkata kepada anaknya, “coba lihat tante itu, tante itu dekat dengan Tuhan”. Saudara, seringkali kita mengatakan seseorang yang baik sebagai pribadi yang dekat dengan Allah. Menarik pada bagian ini, Paulus katakan, selama saudara mendiami tubuh ini maka saudara mengenal Allah namun “jauh dari Dia”. Apa maksudnya?
Maksudnya adalah, selama kita masih hidup maka kita percaya namun belum melihat Dia. Sama halnya saudara rindu akan Tuhan tetapi kedekatan saudara betul terwujud hanya ketika kita dapat menyentuh tangan-Nya.

Ada sebuah kisah mengenai tentara yang terluka dan harus menjalani sebuah operasi yang sangat sulit, sebab operasi itu 50% berhasil dan 50% gagal. Keluarga dilema, kakeknya yang jarang berdoa, saat itu terlihat berdoa dengan serius minta pertolongan Tuhan. Kerabat dan sahabat mengjenguk dengan perasaan kuatir. Tiba-tiba dalam kondisi tegang itu, tentara ini berkata, “kenapa kalian bersusah hati? Jikalau akau berhasil dalam operasi ini maka kita bertemu lagi dan berkumpul untuk memuji Tuhan. Jikalau operasi ini gagal, bukankan saya akan bertemu dan berkumpul bersama Tuhan yang selama ini kita rindukan?” Isi pernyataan tentara ini menunjukkan kerinduan akan tercapai jikalau roh ini meninggalkan tubuh ini.

Paulus katakan, “tabahlah”, bukan tabah karena kekasih hati kita meninggal, tetapi “tabahlah” karena waktu kita belum tiba. Ini konsisten dengan surat Paulus dalam Filipi 1:21: “Matiku adalah keuntungan”. Jadi justru orang yang mati dalam Yesus lebih berbahagia daripada orang yang masih hidup saat ini. Sebab saudara masih percaya, namun yang meninggal telah melihat dengan matanya Tuhan itu seperti apa.

Itu sebabnya kita memaknai kematian dalam Tuhan sebagai KEBAHAGIAN terbesar. Dalam FB seorang teman menuliskan kata-kata ini: “Ketika seorang lahir dalam dunia, ia menangis dan semua orang di sekelilingnya berbahagia. Tetapi ketika aku mati, aku tertawa dan semua orang di sekelilingku menangis.” Kelaurga bersedih? Itu ekspresi jiwa yang normal dan seharusnya, namun hendaklah yang ditinggalkan tetap kuat karena sebuah pemahaman bahwa, kekasih hati Saudara bukan lagi percaya, tetapi sudah melihat. Paulus katakan: “Selama saudara masih hidup, Tuhan dan saudara tidak sedekat dengan mereka yang meninggal dalam Tuhan.”