Nats : Lukas 4:1-1-13
Pendahuluan
Ilustrasi :
Suatu cara menarik yang digunakan orang Afrika Utara untuk menangkap kera. Untuk menangkap kera seorang pemburu akan mengeluarkan isi sebuah labu lalu membuat lubang yang hanya cukup dimasuki tangan kera di salah satu sisi labu itu. Kemudian labu itu diisi dengan kacang dan diikatkan pada sebatang pohon.
Kera yang penasaran itu akan tertarik dengan bau kacang, sehingga ia memasukkan tangannya ke dalam labu dan meraup kacang itu. Namun, lubang pada labu itu terlalu kecil baginya, sehingga ia tidak dapat mengeluarkan tangannya karena genggamannya penuh berisi kacang. Karena tidak mau melepaskan kacang dalam genggamannya, kera itu akhirnya dapat dengan mudah ditangkap oleh si pemburu.
Isi
Pencobaan Selalu Tepat Waktu
Ayat 1-2 : Ini adalah waktu di mana iblis mulai bereaksi mencobai Yesus. Alkitab katakan, ketika Yesus lapar (ayat 2), maka mulailah Iblis mencobai Yesus. Kapan manusia lapar? normalnya adalah beberapa jam setelah tidak makan dan minum.
Maka secara rasional, Iblis mencobai Yesus murni 40 hari lamanya.
Pencobaan selama 40 hari yang dijalani Yesus tentu saja penuh dengan rayuan manis iblis dan pergumulan Yesus sebagai manusia bisa dikatakan bukan pergumulan yang ringan dan biasa.
Alkitab kita tidak mencantumkan secara detil terperinci apa godaan iblis kepada Yesus, namun ada 3 hal pokok yang disampaikan kepada kita.
1. Ubah batu menjadi roti : Apa yang paling diinginkan oleh seorang yang lapar? MAKAN! itu yang dilontarkan iblis sebagai prioritas utamanya.
2. Memberikan kemegahan dunia ini : Ini adalah keinginan semua orang yaitu berkuasa. Dalam buku Agustinus, kota dibagi dua, yaitu kota Allah dan iblis. Area dunia ini adalah milik si iblis. Jadi orangpun bisa memperoleh kekayaan dengan campur tangan si iblis. berapa banyak orang jatuh dengan meminta di tempat keramat?
3. Pamer Diri : Ini performance untuk diakui bahwa Dia hebat dan memiliki kuasa atas Sorga. Ilustrasi : Waktu sidang besar sebuah sinode, ada orang-orang angkat tangan bertanya dengan pertanyaan tidak berbobot, prinsip orang itu adalah “yang penting saya terlihat”.
Saudara perhatikan, semua cobaan yang iblis lakukan kepada Yesus selalu memiliki makna: “kamu kan memiliki otoritas, bisa donk” dan semua cobaan itu terdengar enteng dan menarik. Saudara jurus Iblis meringankan yang prissip : KISAH HAWA di goda bukankan terdengan enteng dan tepat sasaran?
2. Senjata pamungkas adalah MELEBUR DIRI DALAM FIRMAN TUHAN
Saya suka kata melebur bukan membenamkan. Melebur lebih kuat daripada membenamkan. Melebur menjadi bagian seperti teh diberi gula tidak cukup hanya dibenamkan, perlu dilebur dengan cara diaduk agar teh tawar itu menjadi manis.
Ketika semua cobaan itu datang, nampak bahwa jurus Yesus hanya satu yaitu: “Ada tertulis”, ini mengarah kepada Firman Tuhan.
Bukan sekadar Yesus berbicara, tetapi Yesus menjadikan Firman Tuhan menjadi bagian penting dalam hidup-Nya.
Saat Yesus mengatakan, “ada tertulis”, perhatikan baik-baik, pencobaan pertama Yesus menyeimbangkan bahwa hidup kita bukan hanya menjaga kepentingan jasmani tetapi juga rohani
Hal ini menjadi sulit karena keinginan mata kita begitu kuat, sehingga Alkitab katakan “daging lemah.” Untuk kuat perlu memakai Firman Tuhan.
Pencobaan kedua dan tiga, Yesus menjawab, otoritas yang paling kuat menghadang iblis adalah “Trust to God”, bukan bersandar pada diri dan kekuatan kita. Kita lemah dan semua yang ada pada kita adalah fana.
Rupanya kunci kemenangan atas pencobaan itu adalah “Melebur pada Firman Tuhan”. Tapi kita lanjut melihat ayat terakhir : “Iblis mundur, dan ……….” Dia tunggu waktu berikut untuk maju mencobai lagi.
Hidup rohani adalah sekolah pembelajaran yang tidak pernah usai sampai kita dipanggil Tuhan. Jadi sekeliling saudara banyak godaan yang terlihat enteng dan ringan serta rasional sekali. tetapi waspada karena mereka (iblis) terus menunggu kesempatan yang baik.
KAPANPUN IBLIS MENGGODA JAWABANNYA HANYA SATU MELEBUR DIRI KEPADA FIRMAN-NYA.
APLIKASI :
Leslie Dunkin bercerita tentang anjing yang dimilikinya saat ia masih kecil. Kadang-kadang ayahnya suka menguji kepatuhan anjing itu. Ia meletakkan sepotong daging yang membangkitkan selera di lantai dan memberi perintah, “Tidak boleh!” Anjing itu, yang tentunya memiliki dorongan yang sangat kuat untuk mendapatkan daging, dihadapkan pada situasi yang sangat sulit — mematuhi atau melanggar perintah tuannya.
Dunkin berkata, “Anjing itu tidak pernah mengarahkan pandangannya pada daging. Tampaknya ia merasa bahwa jika ia melakukannya, godaan untuk melanggar perintah itu akan menjadi terlalu besar. Maka ia terus-menerus memandang wajah ayah saya.” Kemudian Dunkin menerapkannya secara rohani demikian, “Ada sebuah pelajaran untuk kita semua. Arahkan selalu pandangan kita pada wajah ‘Tuan’ kita.”