Tema : Hidup Jauh dari TUHAN (Saul dan Roh Samuel?)
Nats : 1 Samuel 28:1-14
Pendahuluan
Saudara, bagian Alkitab ini adalah bagian titik akhir dari iman Saul. Itu sebabnya bagian ini menunjukkan bahwa kehidupan Saul sangat kacau, Kalau kita mundur satu perikop, yaitu pasal 27, kita melihat ia bermandikan dosa dan kehilangan arah hidup. Integritasnya sudah cacat, penuh dengan kecemburuan terhadap Daud bahkan memiliki keinginan membunuh Daud. Kalau bisa dikatakan, Saul sebenarnya sudah mati secara rohani.
Isi
- Mencari TUHAN Tetapi tidak dijawab (ayat 6)
Konteks bagian ini adalah sarangan Filistin kepada Israel. Saul tidak belajar mengingat kekuatan Daud dari TUHAN. Ada iman. Sekali lagi Saul takut. Ciri khas seorang yang ragu akan pimpinan TUHAN adalah ketakutan dan kekuatiran
Saudara, kondisi terjepit membuat Saul mencari Tuhan, bagian ini katakan bahwa ia bertanya pada TUHAN melalui 3 hal:
a. Melalui mimpi : Berdoa meminta tanda (hal di mana TUHAN bicara pada kala dahulu)
b. Melalui Urim : Melalui Undi !
c. Melalui para nabi : Apa yang para nabi katakan? Tidak ada yang dapat melihat jelas jawaban TUHAN!
Mungkin kita bertanya, apa yang membuat TUHAN tidak menjawab Saul? YESAYA 59:2 : Ia (menyembunyikan diri darimu)
Ilustrasi : Seseorang juara pendaki gunung ditanya mengenai rintangan mendaki gunung.
Ketika ditanya mengenai rintangan terbesar yang dihadapinya, ia mengatakan bahwa tantangan terberat yang ia jumpai bukanlah perjalanan mendaki gunung atau menyeberangi hamparan gurun pasir yang panas, kering, dan tandus. “Yang hampir-hampir membuat saya menyerah dalam perjalanan ini,” akunya, “adalah pasir dalam sepatu saya.”
Apa pasirnya Saul? Hanya 1, yaitu iri hati. Hal sepele yang harusnya dibereskan. Iri hati menjadi besar sehingga keinginan membunuhnya dan kejahatannya lahir.
Jadi ketika dia datang kepada TUHAN dan TUHAN tidak menjawabnya, juga karena dia tidak tulus, dia punya “second opinion”, datang pada peramal. Inipun sebuah kejahatan!
2. Jalan Pintas toleransi dengan dosa (ayat 7)
Dalam ayat 7, Saul mencari jawaban kepada peramal. Padahal Saul tahu bahwa bergaul dengan peramal adalah sebuah dosa, hal itu nampak dalam ayat 3 bahwa “saul telah menyingkirkan para pemanggil arwah dan peramal”.
Mendapatkan jalan buntu maka yang salah pun menjadi kebenaran bagi Saul. Dan celakanya Saul ingin konsultasi bersama “arwah”.
Pemahaman teologis Saul sangat kurang, sehingga permintaannya adalah memanggil “roh Samuel” untuk menanyakan perihal berperang.
Sampai kita pada titik penting, apakah “roh” orang mati masih bisa bergaul dengan kita?
Dalam terang teologi protestan, “arwah” tidak lagi berhubungan dengan kita. Ayat 12 jelas sekali Saul ditipu oleh peramal itu. Saul masih saja berkerudung tetapi ia mengenal Saul dan memanggil nama Samuel. Peramal itu memiliki tameng, Samuel. Saul tidak akan berpikir membunuh peramal itu karena Saul butuh ‘arwah” Samuel.
Ayat 13, Saul bertanya pada perempuan itu, apa yang kamu lihat? Ayat 14, perempuan itu mengatakan ciri-ciri yang selalu menjadi “gaya” Samuel, sehingga Saul mengatakan, ‘ya, itu Samuel”. Dari mana? Ayat 13, peramal katakan, “dari dalam bumi” Samuel adalah anak TUHAN, kalau ia muncul maka bukan dari dalam bumi, tetapi terang ilahi dari sorga.
Langkah yang diambil Saul sebenarnya cara pikir banyak orang. Banyak orang masih melekat dengan kisah lokal dan dongeng-dongeng nenek tua.
Ilustrasi : Sikat gigi patah, sisir patah, kupu2 masuk rumah, gelas pecah, dll. Saya ingat waktu amma saya meninggal, katanya ia mengunjung rumah dengan bau parfum yang sering ia pakai.
Di sini letak iblis selalu memakai kesempatan untuk menjebak kita! Membuat kita percaya bahwa orang mati arwahnya masih gentayangan!
Saudara takut pada hal seperti itu, percaya pada “fortune teller” adalah dosa yang membuat Allah bersembunyi dari hidup kita.
Allah bersembunyi dari kita ketika masih ada akar pahit dalam hidup kita, Allah sembunyi tatkala kerikil itu sudah menjadi gunung, Allah bersembunyi tatkala Ia sudah capek nasehati kita tapi kita tidak mendengarnya!
Saudara kita orang-orang percaya yang ada di sini marilah kita belajar dari kisah ini dengan tidak menyimpan dosa dalam hati kita, sudah jauh kita berjalan dengan TUHAN maka iman kita pastinya sudah lebih kuat.
Aplikasi :
Sir Francis Drake, penjelajah asal Inggris di abad ke-16, telah berlayar keliling dunia. Namun, saat menyeberangi Sungai Thames, badai besar mengancam akan membalikkan kapalnya. Lalu ia berseru, “Akankah saya yang telah berhasil menghadapi badai di lautan akan tenggelam di sebuah selokan?”