Nats : Matius 16:1-4
Setelah Yesus mengajar empat ribu orang dan memberi mereka makan, Yesus bertolak ke sebuah daerah yang bernama Magadan. Magadan Ini adalah kediaman dari Maria Magdalena (Mrk. 16:9).
Di sana Yesus kedatangan dua kelompok orang :
1. Orang-orang Farisi : sebuah kelompok religius di dalam Yudaisme. Mereka perjuangkan pengetahuan yang mendasar tentang Taurat dan tradisi para nenek-moyang (Misna; Talmud). Mereka menuntut penafsiran yang paling keras, terutama tentang soal-soal yang berhubungan dengan Sabat, kebersihan rituil (tahir) dan yang berkaitan dengan soal persepuluhan.Masalah yang dikejar orang-orang Farisi berpusat pada soal agama.
2. Orang Saduki :Umumnya mereka terdiri dari pemilik tanah yang kaya-raya, yang pada mulanya berhasil mendapatkan kedudukan yang mnonjol karena melakukan manipulasi secara licik dengan memanfaatkan keadaan politik. Dalam Sanhedrin (dewan tertinggi orang Yahudi/ Mahkamah Agama) mereka masih menduduki tempat yang kira-kira setara dengan orang Farisi (Kisah 23:6-10). Banyak diantara imam-imam kepala adalah orang-orang Saduki, atau orang-orang yang erat bekerja sama dengan mereka. Dalam soal agama, sikap mereka konservatif, sehingga tidak mau menerima wahyu lain, hanya 5 Kitab Musa saja (Pentateukh). Dengan demikian mereka menolak gagasan-gagasan agama yang lebih baru, seperti keyakinan tentang hidup kekal, kebangkitan, malaikat, setan/ roh jahat.
Kedua kelompok ini bersatu melawan Yesus karena mereka tidak ingin pengaruh Yesus yang makin besar mengancam esensi mereka. Maka kita melihat perikop kita, adalah salah satu bagian di mana kelompok ini sedang menguji Yesus. Tentu tujuannya adalah menjatuhkan dan mencari-cari kesalahan Yesus. Permintaan mereka sederhana yaitu, “tunjukkan kami sebuah tanda”.
a. Mereka meragukan bahwa perbuatan mujizat Yesus adalah dari Sorga.
Pertanyaan ini menyindir bahwa sekarang tunjukkan kami perkara yang lebih besar lagi yang dari Sorga. Sebuah tudingan bahwa Yesus hanya melakukan trik dunia apalagi yang baru terjadi di mana Yesus memberi makan 4000 orang. Liberalisme mungkin sama dengan dua kelompok penguji Yesus ini, tidak percaya bahwa tanda yang diberikan Yesus adalah keajaiban. Lebih jauh tentu saja mereka melihat Yesus bukan sebagai TUHAN, tetapi penghalang kehidupan kepentingan mereka.
Tetapi ketika Yesus diuji maka sumber pengetahuan yaitu Yesus, membalikkan sebuah jawaban cerdas di mana dua kelompok orang pintar ini tidak dapat lagi berbuat apa-apa. Yesus menuding mereka bahwa mereka adalah “angkatan jahat” dan mereka bukan tidak dapat melihat mujizat tetapi mereka melihat namun tidak akan percaya. Orang ini adalah orang bebal. Mereka hanya melihat tanda Yunus, artinya apa? Mendengar saja tapi mujizat tidak akan pernah mereka lihat, karena hati mereka tidak dapat menerima.
Tiongkok bertahun-tahun menutup mata terhadap kebenaran Yesus. Memang tradisi beribu tahun begitu kuat mengakar di sana. Orang-orang Kristen ratusan tahun menghadapi penganiayaan yang besar. Partai komunis berkuasa dan berusaha melanyapkan kekristenan, persis dengan dua kelompok tersebut. Ketika mereka ingin melenyapkan Yesus, pengaruh Yesus justru makin melebar. Hari ini Tiongkok mengakui kekristenan dan pertumbuhan kekristenan sangat besar yang mungkin 10 tahun lagi jumlah kekristenan lebih banyak daripada Amerika.
2. Sebuah refleksi bagi Kita
Keraguan adalah salah satu bentuk tidak percaya, sebab jika kita percaya maka tentu tidak ragu. Jika kita mau refleksikan diri tentu kitapun harusnya belajar percaya. Percaya berkaitan dengan iman dan iman adalah meyakini sesuatu tanpa pernah kita melihat obyek yang kita percaya. Sebenanrya kadangkala kita seperti dua kelompok di atas, minta tanda atau mungkin penuh keraguan dalam hati.
Ada seseorang berdoa agar barang berharganya cepat laku terjual, tetapi ketika ia berdoa dengan kalimat-kalimat indah, dan setelah berdoa, dalam hatinya berguman, “laku nda yah barang berharga saya?” . Inilah keraguan yang seringkali tidak kita sadari.
Tanda Yunus artinya, orang Niniwe tidak melihat Yunus di telan ikan, kita pun tidak melihat Yunus ditelan ikan. Kesaksian itu diceritakan Yunus dan kita percaya! Harusnya hidup kita percaya bukan karena melihat, tetapi percaya karena kita tahu bahwa Dia yang kita percaya adalah kebenaran itu sendiri.
Semua orang dapat meragukan bahwa Yesus adalah TUHAN, tetapi keraguan itu jangan mengalahkan iman yang kita miliki hari ini. Yesus adalah TUHAN dan hari esok kehidupan kita akan terus dipimpin oleh-Nya.