Bacaan Firman: Kisah Para Rasul 9:1-20, Mazmur 30, Wahyu 5:11-14, Yohanes 21:1-19
Tujuan : Umat menghayati bahwa perjumpaan dengan Kristus yang bangkit seharusnya menumbuhkan iman percaya dan membawa pertobatan dalam diri setiap umat.
Pendahuluan
Saudara, burung rajawali tanpa matahari adalah burung yang tidak memiliki arah terbang, sebabnya kalau kita memperhatikan rajawali, di akhir hidupnya ia akan terbang menuju matahari kemudian ia turun mencari celah gunung dan mati di sana.
Rajawali saja mencari arah dan menemukan kebahagian akhir perjalanannya. Banyak manusia tidak seperti rajawali itu. Tanpa arah! Banyak manusia seperti itu, termasuk para murid pasca kebangkitan Yesus. Yesus tidak bersama mereka beberapa saat dan mereka kehilangan arah dan tujuan hidup mereka, mereka berhenti melayani, kembali kepada hidup dunia yang tidak memiliki tujuan yang terkait dengan tujuan Allah.
Sehingga apa yang terjadi?
Isi
1. Tuhan berjumpa dengan Mereka
Saudara, kisah ini membawa kita kembali di awal pemanggilan para murid, khususnya Petrus. Dalam perikop kita, para murid lagi menjala ikan dan Tuhan mengatakan kepada mereka untuk menebar jala tatkala mereka tidak mendapatkan ikan.
Kalau kita lihat lagi kisah ini maka dalam ayat 7, Petrus spontan mengatakan : “itu TUHAN”. Petrus tahu siapa itu, karena kasus serupa terjadi pada awal sekali di mana Tuhan memanggil Petrus. Saat itu merekapun tidak mendapatkan ikan, dan Tuhan dalam gaya yang sama mengatakan, “tebarkanlah jalamu”, lalu ikan pun mereka dapatkan dengan jumlah yang berlimpah-limpah.
Saudara bisa katakan bahwa Tuhan pemberi berkat, namun perikop ini menceritakan sebuah perjumpaan dengan TUHAN harusnya memberikan kita “iman”, memberikan kita sukacita “joyful”, memberikan kita “passion” sebuah tujuan yang pasti.
Ilustrasi :
Tahun 1997, rombongan bus sekolah menuju sebuah kota di selatan Inggris. Dalam perjalan yang panjang, para murid bernyanyi riang di atas bus itu dan sopirnya begitu bersemangat ikut bernyanyi dengan kecepatan bus yang terbilang kencang.
Dari arah yang berlawanan sebuah sedang tiba-tiba menyalakan berulangkali lampu depannya seolah-olah berkata, “minggir”, tetapi sopir ini tidak menggubrisnya. Nda lama kemudian mobil lain juga melakukan hal yang sama, tetapi sopir itu pun tidak menggubrisnya. Kemudia sebuah mobil lain juga menyalakan lampunya dan melambaikan tangan ke arah bus itu, merasa tidak lazim, sopir bus berhenti dan mobil di depannya meneriakkan, “balik arah”, jembatan penghubung kota ambals dan banyak kendaraan tidak menyadari patahannya dan jatuh jauh ke bawah”.
Aplikasi
Perjumpaan ini adalah panggilan untuk kembali, kembali memiliki passion, semangat mula-mula seperti saat-saat di mana engkau merasa dirimu dijamah oleh TUHAN.
2. Sebuah penegasan kembali untuk punya komitmen Melayani
-Tuhan bertemu Petrus untuk menegaskan kembali kasih-Nya kepada TUHAN, sebab pelayanan yang tulus didasarkan oleh kasih kepada TUHAN
Banyak org melayani dengan kemampuannya dan baik adanya, namun ironi sekali pelayanan yang “baik” itu tidak di dasarkan karena kasih. Sehingga, yang diharapkan adalah pujian atau ketika ada gesekan dalam melayani tiba-tiba dia mundur dan merasa pelayanannya tidak dihargai, oh….saudara kita melayani TUHAN bukan manusia.
Karenanya Yesus bertanya kepada Petrus tiga kali dalam bacaan kita, pertanyaan ini sebenarnya hanya satu kalimat yang sama yang ditanyakan tiga kali, yaitu, “Petrus apakah engkau mengasihi Aku?” Namun pertanyaan ini mengingatkan Petrus penyangkalan 3 kali tentang relasinya dengan Yesus. Saya yakin intonasi suara tatkala Petrus menjawab Yesus sungguh miris terdengar.
2 kali Yesus memakai kata “Apakah kamu “agapao” terhadap saya (kasih yang sejari seperti Allah mengasihi manusia?), dan sekali Yesus bertanya apakah engkau “Phileo” (level kasih yang lebih rendah, seperti kasih manusia terhadap TUHAN), 3 kali Petrus menjawab dengan “phileo”. Petrus sadar bahwa kasihnya takkan pernah sampai pada kesempurnaan, tidak ada kesombongan lagi untuk Petrus bahwa ia mengasihi Yesus dengan sempurna seperti ia dahulu pikir bahwa kasihnya pada Yesus lebih besar daripada murid lainnya.
Tapi bagi Yesus, kasih “phileo itu cukup”, cukup untuk kita lakukan dalam kehidupan iman kita. Maka TUHAN menjawabnya, “ikat pinggangmu dan ikutlah Aku”. – Utamakan Aku dgn ketaatan dan jadilah seperti dahulu mengikuti-Ku.
Saudara TUHAN tidak ingin murid-Nya terhilang, Ia inginkan kasih manusia dan kesetiaan manusia untuk mengikuti-Nya.
Ilustrasi :
Dalam sebuah Perjamuan Kudus di awal tahun 1968, Martin Luther King Jr. mengutip sabda Yesus dalam Matius 10 tentang hal melayani. Lalu ia berkata, “Setiap orang bisa menjadi orang besar karena setiap orang bisa melayani. Anda tidak perlu menjadi seorang sarjana untuk melayani. Anda tidak harus pandai berkata-kata untuk bisa melayani. Anda pun tidak perlu mengenal Plato atau Aristoteles untuk bisa melayani …. Anda hanya membutuhkan hati yang penuh kasih karunia, jiwa yang digerakkan oleh kasih.”
Penutup
Setiap hari dalam hidup kita, Tuhan menjumpai kita dengan rahmat-Nya, Ia menjumpai kita dalam setiap keadaan, hanya saja seringkali kita lupa bahwa Ia hadir di sisi hidup saudara. Firman ini ingatkan kta kembali bahwa Ia hadir dan menginginkan kita kembali kepada kasih mula-mula. Melayani Dia dengan kesungguhan hati.