Roma 1:1-14
“Firman yang Menjadi Manusia”
Pendahuluan
Dalam Perjanjian Lama, nubuatan tentang Yesus kerapkali muncul dalam kitab-kitab nubuatan, seperti Yesaya, Mikha, dan Zakharia. Nubuatan tersebut jelas sekali tidak mengacu kepada orang lain, sebab hal tersebut dikonfirmasi dengan jelas dalam Matius 2:2-6. Kelahiran Yesus dalam PB dilihat sebagai inkarnasi Allah menjadi manusia. Mengapa? Mari kita telusuri bersama tulisan rasul Yohanes dalam Injil Yohanes 1:1-14.
Yohanes 1:1-14
Ayat 1 : “pada mulanya” dalam terjemahan Yunani adalah “pada permulaan ada” – Alkitab memakai 2 kali kata yang sama, yaitu dalam bagian ini dan Kejadian 1:1, “pada mulanya”. Frasa pada mulanya menunjukkan “awal segala waktu” yang sebenarnya adalah “before time/Gods time”.
Dua bagian yang menuliskan “pada mulanya” juga terdapat perbedaan, yaitu, dalam Yohanes 1:1, “pada mulanya” menunjukkan “diri Firman sendiri”, sedangkan dalam Kejadian 1:1, menunjukkan “tindakan atau hal yang dikerjakan oleh Allah”.
Menarik sekali kata Yunani “pada permulaan ada”, sebab menunjukkan bahwa Firman itu berada di awal segala ciptaan.
Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah. Hal yang ingin dikatakan bahwa Firman itu ada dari awal sudah ada dalam kekekalan. Pada frasa “bersama-sama” dapat diterjemahkan sebagai “eimi” yang artinya, “tinggal dan sama seperti”.
Firman yang bersama dengan Allah itu adalah Allah. Tentu logika manusia sulit memahami hal ini, namun dalam kekristenan hal tersebut dapat dimaknai dengan pemahaman Trinitas. Sederhananya, “Firman itu adalah Allah”. Perlu diperhatikan bahwa kata “Firman” adalah “Theos”, bentuknya nomina dan bukan adjektive, sehingga Firman itu adalah Allah (nomina), bukan menunjuk pada yang ilahi (adjektive).
Ayat 2. Yohanes mengulang kembali bahwa Firman itu bersama-sama dengan Allah. Yohanes menekankan eksistensi Firman itu sama seperti eksistensi Allah.
Ayat 3. Bagian ini merupakan ringkasan dari kisah penciptaan bahwa Firman itu membuat segala sesuatu (everything). Yohanes menuliskan bahwa Firman itu sumber dari segala yang ada dalam dunia ini. Ia memiliki kedaulatan dan kuasa atas ciptaan-Nya. Kedaulatan dapat dilihat bahwa “segala sesuatu dapat ada karena Dia yang mengadakan”, seluruh ciptaan bergantung pada Sang Pencipta.
Ayat 4. Setelah Yohanes bicara mengenai materi yang diciptakan oleh Firman, Yohanes melanjutkan dengan hal penting dalam diri manusia yaitu “hidup”. Yohanes tidak mengatakan bahwa hidup itu diciptakan “oleh” atau “melalui” Firman. Dia hanya dapat mengatakan bahwa hidup itu ada dalam Firman. Rupanya hidup yang sebenarnya itu tidak mempunyai keberadaan di luar Firman. Berarti hidup kita diciptakan oleh-Nya dan hidup yang sesungguh-Nya hanya berada di dalam Dia. Tanpa di dalam Dia maka hidup kita bukanlah hidup yang sebenarnya. Frasa “hidup” adalah “hidup kekal (son)” dan di dalam Terang Firman itulah manusia akan melihat kebenaran dengan jelas, di mana selama ini manusia melihat dalam gelap.
Ayat 5. Yohanes menuliskan Terang itu adalah Firman, dan bercahaya dalam kegelapan. Logikanya memang benar bahwa terang dikatakan bercahaya ketika Terang itu berada dalam kegelapan dan tentu saja terang dikatakan terang karena terang itu pada esensinya mengusir/menghalau kegelapan. Frasa “kegelapan” adalah “skotia”, dipakai 16X dalam PB (lih. Mat 10:27; 1 Yoh 2:11), bisa diartikan sebagai penunjukan kepada ketidaktahuan dalam hal moral dan agama, bahkan segala sesuatu yang melawan Allah.
“kegelapan” tidak menguasai-Nya. Arti kalimat ini adalah “kegelapan tidak menang (Katalaben) melawan-Nya”, atau dosa tidak menguasai dan menang terhadap-Nya. Kekudusan Firman/Terang itu tidak dapat dikalahkan oleh kecemaran dosa.
Ayat 6-8. Perlu diperhatikan dengan baik bahwa ada dua yang bernama Yohanes. pertama, rasul Yohanes, ia adalah penulis injil ini. Kedua, Yohanes pembaptis, orang tersebut yang ditulis oleh rasul Yohanes sebagai saksi tentang Terang itu. Yohanes memberi kesaksian mengenai Terang itu dengan sebuah tujuan yaitu, setiap orang percaya bahwa Firman itu adalah Allah dan di dalam Dia ada hidup yang kekal.
Ayat 9. Ada indikasi bahwa ada terang yang tidak sesungguhnya (sejati). Hal tersebut memang benar bahwa,
banyak tokoh yang membawa jalan kebenaran dan mengajarkan moralitas, namun Terang itu adalah yang paling sejati (lih. Yoh 14:6)
banyak tokoh yang palsu, seolah-olah terang namun sesuangguhnya adalah kegelapan (penyesat) – 2 Kor 11:4 (pelayan yang menyamar)
Terang itu menerangi setiap orang. Frasa “setiap” adalah pas , artinya semua atau seluruh. Terang itu dibutuhkan oleh semua orang dan benar-benar adalah satu sumber untuk seluruh makhluk. Terang itu tidak bersifat eksklusif untuk sebagian orang, namun bersifat terbuka untuk semua orang.
Ayat 10. Terang itu , Dia ada dalam dunia (di dalam dunia Ia ada) – kata “telah” dalam LAI bisa salah dipahami bahwa Terang “telah” ada sebab menunjukkan urutan waktu, bahwa dahulu Ia tidak ada dalam dunia dan suatu kurun waktu Ia ada dan kemudian Ia telah ada sekarang atau suatu waktu pada masa lampau. Lebih baik tidak diberikan keterang waktu, sehingga dapat dimengerti bahwa Dia ada dalam kekekalan. Atau keterangan waktu, “Dia sedang ada” dengan memakai “continius tenses”.
Ironi yang timbul adalah keberadaan Terang itu tidak dikenal oleh ciptaan- Nya. Mengenal sama dengan mengakui (ginosko). Ciptaan-Nya tidak memiliki argumen dan alibi untuk menolaknya, namun ada kepentingan atau hasutan sehingga menolak Terang itu.
Ayat 11. Bagian ini lebih jelas sebab terbaca bahwa milik kepunyaan-Nya menolak/tidak menerima Dia. Penekanan “milik kepunyaan” adalah konsisten dengan ayat 4 bahwa frasa “kepunyaan” muncul karena “diciptakan oleh Dia”.
Ayat 12-13. Penerima akan diberi kuasa atau menjadi anak-anak Allah. Saya lebih setuju bagian ini adalah kuasa dalam pengertian tanda, bahwa Ia adalah anak Allah. Melalui kesaksian hidup yang bermoral dan integeritas tinggi. Tuhan memberikan kuasa/kemampuan melalui Roh-Nya agar anak-anak Tuhan hidup dalam ketaatan Firman-Nya.
Manusia lahir dua kali, yaitu secara jasmani dan secara rohani. Bagian ini menunjukkan bahwa anak-anak Allah berarti lahir dari Allah. Tidak dapat diartikan dengan kelahiran biologis, namun harus diartikan secara rohani. Contoh yang paling jelas adalah peristiwa Nikodemus,
“Adalah seorang Farisi yang bernama Nikodemus, seorang pemimpin agama Yahudi. Ia datang pada waktu malam kepada Yesus dan berkata: “Rabi, kami tahu, bahwa Engkau datang sebagai guru yang diutus Allah; sebab tidak ada seorangpun yang dapat mengadakan tanda-tanda yang Engkau adakan itu, jika Allah tidak menyertainya.” Yesus menjawab, kata-Nya: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya JIKA SEORANG TIDAK DILAHIRKAN KEMBALI, IA TIDAK DAPAT MELIHAT KERAJAAN ALLAH.”
Ayat 14. Kita telah bicara tentang Terang dan Firman, namun siapakah Dia? Ayat 14 lebih memperjelasnya dengan “Ia telah menjadi manusia dan DIAM (tinggal) di antara kita”. Kita semua tahu bahwa Injil Yohanes menceritakan tentang Yesus, yang dapat kita simpulkan bahwa Terang, Firman, dan yang menjadi Manusia adalah Yesus Kristus.
Yesus Kristus adalah Anak Tunggal tunggal) Allah, beda dengan kita yang adalah anak-anak (plural) Allah. Kita jangan berpikir bahwa Yesus dilahirkan atau diciptakan, karena Allah adalah Roh sehingga tidak melahirkan dan ayat 1, Firman itu bersama-sama dengan Allah menunjukkan mereka bersama dalam waktu kekekalan. Yesus tidak dijadikan karena justru dari Dia “segala sesuatu” dijadikan oleh-Nya.
Anak Allah dikenakan pada Yesus untuk menunjukkan kesamaan esensi dengan Allah yang selama ini dikenal manusia, dan menunjukkan relasi yang kuat antara Bapa dan Yesus, pribadi dalam keallahan yang esa.
Penutup
Yesus adalah Firman dan Terang, datang dalam kemuliaan untuk memberikan hidup bagi manusia yang menerima akan Dia. Kesaksian ini benar!