perwira-1
Nats “ Lukas 7:1-10
Pdt. Hamzah Oei

Pendahuluan

Tidak sedikit orang Kristen berdoa agar banyal hal yang menjadi impiannya terkabul. Segala macam orang memakai bentuk doa, ada yang berpuasa bahkan juga ada yang tersungkur tiap kali berdoa. Isi doa merekapun bermacam-macam, ada yang meminta agar tanahnya laku, usahanya sukses, pasangannya berubah, dll. Namun seringkali doa-doa atau permintaan terasa tidak terkabulkan, mangapa? Kita perlu belajar dari perwira yang menjadi topik bacaan kita.

Isi
1. Kesadaran akan ketidaklayakan diri di hadapan Allah (6-7)
Kalau kita membaca bagian ini sepenggal atau ayat 1-3 maka sepertinya perwira ini angkuh atau menganggap diri seperti seorang bos. Ketika dia membutuhkan Yesus untuk menyembuhkan anak buahnya (doulus), ayat 3 menuliskan, dia menyuruh beberapa orang tua Yahudi untuk meminta Yesus menyembuhkan hambanya.
Tetapi jikalau kita melanjutkan bacaan kita, maka kita mengerti maksudnya, bahwa perwira itu dalam ayat 6-7, tidak ingin pergi sendiri mengundang Yesus karena, “dia tidak merasa layak di hadapan Yesus”.
Perhatikan dengan baik, ayat 4-5, tua-tua Yahudi merasa perwira ini harus dan layak ditolong karena ia berjasa membangun bait suci dan mengasihi bangsa Israel, TETAPI, justru perwira yang baik ini merasa, “i am nothing”
Perwira dalam bahasa inggrisnya adalah “centurion”, dia setaraf dengan letnan Kolonel, dia membawahi satu batalion yang terdiri dari 100 prajurit.

Perwira ini mengatakan, “aku tidak layak”.

Ilustrasi : Suatukali saya melayani di sebuah desa yang cukup terpencil, berkhotbah di sana di hadapan penduduk desa. Saat itu mendengarkan dengan saksama, mata mereka menunjukkan semangat yang luar biasa, hal itu membuat saya berkhotbah makin berapi-api. Kesombongan dan merasa diri layak muncul dalam hati. Menunggu pujian dan merasa diri penting! Setelah khotbah, pendeta setempat memberitahu saya bahwa khotbah saya baik, tetapi sayang sekali anggota jemaat di sini tidak cukup mengerti banyak bahasa Indonesia. Orang merasa layak yang nothing!

Kata kuncinya adalah “saya tidak layak” tetapi seringkali kita merasa layak”.
Tuhan berkenan kepada orang yang merasa diri kecil di hadapan Allah karena memang demikianlah kita. Orang Farisi dan pemungut cukai salah satu contoh yang baik.

Matius 5:3 : “yang berbahagia adalah mereka yang MISKIN (ptokos) di hadapan Allah, yang merendah di hadapan Allah dengan sebuah kesadaran bahwa kesucian Allah tidak pernah dapat kita raih dengan kecemaran kita.

Aplikasi
Berapa tahun sudah saudara melayani? Berapa tahun saudara jadi Kristen? Saudara tidak akan melihat karya dan mujizat Tuhan dalam hidupmu sebelum di hadapan Tuhan dengan kesungguhan hati kita katakan dan merasa, “aku tidak layak yah Tuhan”.

2. Iman yang membuat Allah Tercengang (8-10)

Saudara org yang merasa tidak layak ini dikarenakan ia mengerti dengan pengetahuannya (ginouskou) dan dengan imannya (pisteunya), bahwa Yesus bukan sosok yang biasa, Ia melihat Yesus dalam kesederhanaan Yesus sebagai seseorang yang berkuasa, makanya ia mengatakan contoh yang baik dalam ayat 8.
Dalam kaitan contoh itu dapat kita lihat dengan kata dalam ayat 7b, “asal Engkau katakan saja satu kata, maka hambaku itu sembuh”.
Spontan iman perwira ini membuat Yesus “heran” (Thaumazo) atau kagum.
Mengapa Yesus kagum? Heran? jawabannya ada dalam ayat 9, Iman sebesar ini tidak pernah kujumpai di antara orang Yahudi.

Orang Yahudi yang dari dahulu mengenal Allah, para murid yang mengikuti Yesus, tidak satupun seperti perwira bangsa Roma ini yang tidak didik dalam pengenalan akan Allah, justru mengenal Yesus.

Ilustrasi : Saat anak saya masih kecil dan di malam tahun baru, kembang api dan petasan mewarnai kota serta suara yang
Setiap mereka yang merasa kecil di hadapan Allah akan melihat karya Allah yang besar. Sebab bagi Allah, kemiskinannya (kerendahan hatinya) menunjukkan kekayaan imannya menggelegar di udara. Anak saya yang kecil itu lari keluar dari kamarnya ketakutan setangah mati, dia berteriak, “papa, papa”!! Dia melihat saya dan memeluk begitu kuatnya. TIdak lama kemuadian dia tertidur. Saat anak itu saya peluk, dalam hati saya yang paling kecil, mengerti benar bahwa anak ini percaya bahwa sayalah penolongnya dan tempat paling aman baginya.

-Saudara masih percayakah engkau bahwa Allah sanggup menolongmu? Percayakah engkau bahwa hal-hal yang engkau alami dalam hidupmu adalah langkah-langkah yang membawamu makin dekat pada-Nya. Percayakah saudara, bahwa seruan TUHAN tolong saya! Saya percaya! Akan mengubah jalan hidup setiap kita?

HANYA SEPATAH KATA DARIMU MAKA HAMBAKU SEMBUH!

Aplikasi

Saudara, saya kagum dengan perwira ini. Kadangkala harus jujur bahwa iman kita tidaklah sebesar dia. Tidak seperti anak kecil yang “totallity trust” sama papanya. Walaupun mungkin kita percaya bahwa Yesus sanggup melakukan hal-hal besar dalam hidup kita, namun iman kita tidak dapat terkoneksi dengan pikiran kita.

Firman Tuhan kembali ingatkan kepada kita seperti tema kita, “Ketahuilah bahwa kita ini tidak layak, dan percayakan semuanya pada Yesus dengan iman kita, maka bukti bahwa Allah sanggup menolong kita akan terjadi karena iman percaya kita”.