Orang Miskin Dalam Kaitannya dengan Sang Raja
(Mat 25:31-46)
-Hamzah Oei, M.Th-
A. Konteks
Bagian yang menarik ini sangat mencengangkan. Mengapa? identifikasi antara orang miskin dan Yesus menjadi bagian yang penting, bahkan orang-orang bertanya, “kapankah kami/aku memberimu makan ketika lapar dan memberi baju ketika Kamu telanjang?” Mari kita mempelajari bagian ini dengan saksama.
Kisah yang kita baca merupakan eskatologis atau sesuatu yang terjadi di akhir zaman. Konteksnya adalah spesifik, yaitu ketika umat Tuhan berkumpul di hadapan sang Raja maka diadakanlah penghakiman atau penentuan mereka yang masuk Kerajaan Allah dan mereka yang ditolak di hadapan Allah.
Tidak dapat dihitung berapa banyak orang dikumpulkan pada hari penghakiman saat itu, karena dalam ayat 32 dikatakan, “bahwa segala bangsa dikumpulkan di hadapan-Nya.” Kata dikumpulkan menunjukkan peran Allah yang menggiring setiap orang di hadapan-Nya, bagian ini sinkron dengan teks yang membagi antara kambing dan domba. Berbicara tentang Kambing dan domba, mari kita lihat sejenak 2 jenis hewan ini dalam versi kompasiana.
Domba dan Kambing memiliki banyak kesamaan, terkadang orang tidak bisa membedakan antara keduanya. Domba dan kambing sebenarnya adalah dua spesies yang berbeda, dalam bahasa latin Domba dikenal sebagai Ovis Aries sedangkan Kambing disebut Capra hircus.
Domba jinak/ mendengar dan menuruti perintah pengembalanya sedangkan kambing cendrung membangkang sulit diatur.
(domba mengenal suara pengembalanya, ketika suara gembalanya memberikan kode dengan teriakan, para domba dengan segera mengambil perhatian dan mengikuti perintah pengembala. )
Domba merumput dengan teratur, tidak serabutan dan berpindah-pindah sedangkan kambing suka pindah sana pindah sini dan cendrung sibuk tidak menentu. (Melihat sifat domba yang suka berkawan dalam arti saling bekerja sama, saling sharing/berbagi saat merumput bersama. Tolong menolong dan saling menghargai mungkin dapat mewakili sifat ini.)
Melihat karakter di atas yang berbeda maka dapat disimpulkan bahwa kambing tertolak dan domba diterima. Kambing tidak berkenan sedangkan domba berkenan di hadapan Raja.
B. Mereka yang Tertolak
Penolakan Allah atas mereka dalam konteks bacaan ini adalah karena mereka kehilangan kepedulian sosial. Sederhananya kita sebut saja dengan dua butir penting, yaitu, pertama, pelit membagi anugerah. Orang pelit selalu merasa kurang dalam hidup mereka sehingga ada filosofi orang pelit yaitu, “aku sendiri kurang, bagaimana mungkin dapat berbagi?” Orang pelit sulit untuk mengucap syukur atas anugerah Tuhan, sebab mereka tidak merasakan anugerah itu dalam kebutaan mereka melihat karya nyata Allah. Anugerah? Boro-boro bicara anugerah, mengenal anugerah pun mungkin mereka tidak tahu. Kedua, berbicara iman tanpa Perbuatan, paling tepat juga melihat kepada teks dalam Yakobus 2:14-17, bagian ini pararel dengan Matius 25:31-46, karena panggilan seorang Kristen adalah “bersedekah” kepada yang berkondisi miskin. Dalam Lukas 14: 12-14, Yesus membicarakan “kemiskinan” itu lebih luas lagi dengan menyertakan mereka yang cacat dan buta. Tidak sedikit orang Kristen pandai mengolah kata dan menyentuh perasaan dengan mulut bibir mereka (mungkin seperti kebanyakan ahli Taurat), namun bagaimana dengan tindakan nyata? Iman tanpa perbuatan adalah kebodohan di hadapan Raja.
C. Mereka yang diterima
Mereka yang diterima memiliki sikap yang berbeda dengan yang tertolak. Namun yang menarik di sini adalah respon mereka terhadap penerimaan Tuhan atas perilaku mereka. Rupanya mereka tidak menyadari bahwa kebaikan yang mereka lakukan berdampak positif dalam kehidupan mereka di hadapan Raja. Ayat 44 menunjukkan ketulusan dalam memberi dan anugerah yang tersalurkan secara tepat.
Dalam Alkitab orang-orang tipe di atas seperti Dorkas atau Tabita yang diceritakan dalam Kis 9:39, atau kisah janda miskin yang memberi hanya dua peser seperti sebagaimana tertulis dalam Markus 12:41-44. Pemberian yang mereka lakukan lebih dari sekadar pemberian materi, tetapi pemberian itu menyiratkan pemberian hati dan hidup mereka. Hal ini juga yang ditunjukkan Yesus dalam kehidupan-Nya, mulai dari pemberian diri (Kenosis), juga pemberian pengampunan atas dosa-dosa kita.
Mereka yang diterima adalah pelaku Firman yang mengenal suara gembala. Kalau kita melihat Matius 7: 21, Yesus katakan, bahwa Sorga adalah bagi mereka yang melakukan Firman dan bukan bagi “suporter” yang berteriak atas nama Tuhan tetapi tidak melakukan kehendak-Nya.
D. Siapakah Si Miskin?
Bagian ini tidak terdapat kata miskin, namun ayat 45 menunjukkan kata “hina” yang bisa diartikan “miskin” bahkan mereka yang tersisihkan dari masyarakat. Miskin tidak selalu bicara tentang materi namun juga secara kerohanian, miskin dapat diartikan kekurangan “air kehidupan”.
Dalam bagian bacaan kita, mereka yang asing, dan telanjang menunjukkan kemiskinan materi, sedangkan mereka yang ada dalam penjara menunjukkan kesepian hidup dan tekanan mental. Hal-hal tersebut adalah bagian yang perlu untuk diperhatikan oleh setiap Kristen.
Tidak satupun orang Kristen yang dapat mengatakan bahwa mereka tidak melihat kemiskinan di sekitar mereka, karena jelas dan nyata bahwa hal tersebut merupakan pemandangan umum yang tersebar di semua belahan bumi. Salah satu amanat agung Yesus adalah memenuhi bumi dengan kemuliaan Tuhan, yang saya artikan sebagai anugerah Tuhan melalui kita untuk disalurkan.
E. Yesus dan si Miskin?
Korelasi Tuhan dan si miskin menjadi jelas ketika Tuhan katakan dalam ayat 45, bahwa “apa yang kamu lakukan untuk seorang yang hina ini, kamu melakukannya untuk Aku”. Apakah Yesus adalah si miskin itu? Kita perlu memperhatikan bagian ini dengan baik, pertama, Yesus bukan si miskin itu, namun melakukan pertolongan kepada si miskin berarti sama dengan melakukan firman Tuhan di mana Yesus juga datang memperhatikan kepada mereka yang miskin materi dan spiritulitas. Bagian ini menjelaskan bahwa kita adalah perpanjangan tangan pelayanan dari Yesus. Kedua, Manusia tidak bisa secara “langsung” melayani Tuhan (won Tuhan di Sorga), tetapi melalui pelayanan terhadap sesama sebagai proyeksi pelayanan kepada Tuhan. Artinya, layanilah Allah maka kita melkukan perintah pembasuhkan kaki yang merupakan panggilan mutlak seorang Kristen terhadap sesamanya.
F. Refleksi Teologis
Ditengah-tengah situasi bangsa dan negara kita, bahkan di antara keluhan banyak orang mengenai sulitnya ekonomi, maka secara manusiawi tidak sedikit orang akan menjadikan hal itu sebagai “block” untuk bersedekah. Secara logis, apabila kita mendalami iman kita, maka panggilan Allah untuk bersedekah dan melayani yang miskin tidak berdasarkan situasi ekonomi dan politik, karena saat perintah melayani diberikan oleh-Nya, situasi politik dan ekonomi Israel sedang sangat buruk.Tidak bersedekah atau membantu yang miskin hanyalah masalah pelit membagi anugerah dan senang mendengar namun sulit melakukan firman.
Orang Kristen dipanggil hanya untuk percaya, yaitu percaya bahwa kita dipanggil untuk berbagi dalam segala kondisi kita. Percaya bahwa anugerah yang kita terima lebih besar daripada yang kita bagikan, dan makin kita bagikan makin besar pula anugerah yang kita terima. Bahkan percaya bahwa apa yang tercatat dalam Matius 25:31-46 adalah panggilan kita dalam kebenaran Allah.
“Janganlah menahan berkat, karena berkat yang kita pegang bukan kepunyaan kita, malainkan titipan untuk dikelola dengan semestinya”