“Siapa yang Tahu Hati Manusia?”
Nats : 1 Samuel 19:1-10
Pdt. Hamzah Oei, M.Th
Ada sebuah pepatah yang berkata, “dalamnya laut dapat diukur, tetapi dalamnya hati siapa yang tahu”. Mengenakan pepatah ini dalam teks yang kita baca merupakan sebuah kebenaran yang menjelaskan kepada kita, bahwa Saul seorang raja yang berkuasa dan menyenangi Daud berubah menjadi raja yang “beringas” untuk membunuh hambanya, Daud. Di sisi lain, hati yang beringas itupun menjadi redam ketika Yonatan berucap baik mengenai Daud kepada Saul ayahnya, bahkan berjanji tidak akan membunuh hambanya, Daud (6). Bukankah di sini kita dapat sepakat menyetujui pepatah di atas? Maju selangkah menuju ayat 9-10, hati yang sempat redam itu kembali beringas bahkan menunjukkan keseriusan membunuh dan telah terjadi andaikata Daud tidak mengelak dari tombak tajam sang raja.
Kisah teks ini mendebarkan dan menarik bagi mereka yang gemar film “action”. Di dalam teks ini juga ada intrik/taktik, rancangan jahat, itikad baik, persahabatan, dan dinamika emosional manusia. Penulis akan memberikan ulasan singkat dan padat tentang hal-hal penting yang terjadi, dan dampak yang mengikutinya dalam butir-butir di bawah ini. Kita mulai dengan:
Berada di antara Benci dan Suka (1-3)
Ada 2 hati yang berbeda, yaitu Saul dan Yonatan, anaknya. Nampaknya kesadaran baik Saul telah habis sehingga ia meminta Yonatan dan seluruh pegawainya membunuh Daud. Hal tersebut di luar sepengetahuan Daud karena dalam ayat 2, Yonatan melaporkan hal itu kepada sahabatnya, Daud. Melaporkan rencana dan intrik Saul karena Yonatan terdorong rasa sukanya kepada sahabatnya (1). Ada sebagian orang yang menafsirkan frasa suka sebagai hasrat seksual sejenis di bagian ini, namun bagi penulis, rasa suka di sini tidak beda yang dituliskan dalam Amsal 17:17: “Seorang sahabat menaruh kasih setiap waktu, dan menjadi seorang saudara dalam kesukaran”.
Persahabatan Yonatan tulus dan tidak memiliki celah dalam pola pikirnya. Beda dengan kebanyakan kisah dalam sinetron-sinetron dan intrik pangeran di istana yang sebisa mungkin menghabisi lawan politik demi sebuah tahta. Bisa saja Yonatan berpikir memperoleh tahta sepeninggal Daud, namun itu ditepisnya demi mewujudkan kebenaran di tengah-tengah kesempatan untuk melenyapkan hal yang baik.
Kasih Yonatan tidak hanya dimulut, namun ia bertindak dengan melaporkan hal tersebut kepada Daud. Di satu sisi ia menghormati Saul, ayahnya, namun kebenaranlah hal yang lebih tinggi dan mulia yang harus dilakukannya. Lebih luas lagi, kasih Yonatan tidak hanya kepada Daud, tetapi juga kepada ayahnya, Saul. Mengapa? Ia berusaha menolong ayahnya untuk tidak menumpahkan darah orang benar yang dapat mencoreng nama Saul dalam sejarah Israel (5). Daud sedang berdiri di antara benci dan suka.
Berkata Benar mengungkap Fakta (5-6)
Yesus pernah berkata, “cerdiklah seperti ular dan tuluslah seperti merpati (Mat 10:16)”. Yonatan menunjukkan hal tersebut ketika kita membaca ayat 5-6. Dia tahu bahwa mengubah hati ayahnya membutuhkan hal yang menyentuh hati, sekaligus mengingatkan perjuangan Daud demi umat Israel dan mempertahankan harga diri Saul. Yonatan berbicara fakta dengan kemasan etiket Timur untuk mengendalikan situasi yang sedang panas agar api dalam tungku bisa teredam, sekurang-kurangnya untuk sementara ketika nyawa Daud di ujung tanduk.
Percakapan Yonatan tertulis jelas dalam teks kita, aromanya penuh ketegasan, ada teologi di dalamnya, kenangan yang diangkat mengenai Saul pada saat itu, dan ditutup dengan sebuah pertanyaan retorika yang menghentak sang raja untuk beralih hati tanpa dapat menjawab. Bahasa sederhananya, Saul menjadi bungkam.
Yonatan mengajarkan kepada kita arti persahabatan adalah kasih yang bertindak, ia mengajarkan juga seni berkomunikasi, dan keberanian yang berpihak pada kebenaran. Saya pribadi terenuh melihat Yonatan dengan lugasnya mencoba mengubah sebuah “neraka” menjadi “sorga”.
Perubahan yang tidak Mendalam (6-7)
Di atas sudah saya tuliskan bahwa, “sekurang-kurangnya untuk sementara nyawa Daud aman ketika berada di ujung tanduk.” Saul bersumpah dengan spontan tanpa perenungan yang dalam akan kesalahannya, sehingga emosi itu mudah kembali terbakar. Sebenarnya iri hatinya belum tuntas, hatinya masih bergelora api cemburu, dan Yonatan yang mencoba mengubah “neraka” menjadi “sorga” belumlah terwujud.
Manusia itu bukan pribadi yang mudah alias misterius tidak dapat ditebak. Manusia yang berkenan itu seperti dikatakan Paulus dengan frasa “manusia merdeka”, artinya, manusia yang berjuang untuk hidup dalam kebenaran. Manusia yang memiliki perubahan hidup yang konsisten adalah manusia yang melatih dirinya melawan egonya, gemar merenung dan memohon Tuhan menyelidiki hatinya. Spiritualitas bukan produk instan tetapi proses yang panjang untuk beroleh hasil maksimal.
Berada di antara Roh Jahat dan Roh Kudus (9-10)
Yesus pernah memberi ilustrasi mengenai rumah kosong dalam Matius 12:43-45, dikatakan bahwa rumah kosong tanpa penghuni itu akan dikunjungi oleh sijahat. Benar saja karena Saul dalam kekosongan hatinya sedang dikuasai oleh roh jahat. Manusia yang iri hati atau berpikir negatif rupanya mudah kerasukan roh jahat. Ini tentu bukan yang pertamakali terjadi pada diri Saul, karena dalam pasal 18:10-11, teks itu berbicara bahwa Saul karasukan roh jahat dan Roh Tuhan undur daripadanya. So? Ia melemparkan tombak kepada Daud sebanyak dua kali, namun meleset daripada Daud.
Pertanyaan banyak orang ketika membaca bagian ini terlepas dari narasi kita adalah, “apa artinya, roh jahat yang dari pada Tuhan?” Daripada mikir susah-susah, sederhanya dapat dilihat pada teks alkitab bahasa Inggris, yang menuiskan, “the evil spirit ‘FROM’ the LORD” bukan “the evil spirit ‘OF’ the LORD”. Artinya adalah, Tuhan mengjinkan roh jahat itu menguasai Saul.
Hanya orang yang dikuasai oleh si jahat berbuat jahat,seperti yang lakukan Saul kepada Daud. Melalui pengalaman Daud, ia tetap berhati-hati ketika berada di dekat Saul, terbukti dengan 2 perikop “pembunahan gagal” Saul terhadap Daud. Jikalau Tuhan menyertai dan berda di pihak Daud, raja sekalipun tidak dapat melukai kita. daud berada ditengah roh jahat, namun Roh Tuhan melupatkan ia dari maut dengan mengirim Yonatan, juga ketangkasan untuk menghindari tombak sang raja.
Refleksi Teologis
Persahabatan dibangun dan dibuktikan melalui kerja keras mempedulikan kehidupan sahabat. Persahabatan adalah tindakan kasih yang diwujudkan dalam situasi dan kondisi sukar sekalipun seperti yang ditunjukkan oleh Yonatan kepada Daud. Kasih ini juga, bahkan lebih lagi ditunjukkan Yesus bukan kepada sahabat-Nya melainkan mereka yang menyalibkan Dia.
Kebenaran itu mengalahkan dan mematikan hal-hal negatif. Orang yang berpihak pada kebenaran akan bicara sesuai fakta kebenaran dengan hikmat dari Tuhan.
Manusia tidak mudah berubah jikalau ia masih saja membiarkan diri dikuasai oleh si jahat. Katik si jahat menguasai pribadi seorang manusia maka segala tindakan jahat bisa dilakukannya untuk mencapai impiannya. Si jahat mengubur persabatan, ia tidak memiliki kasih, bahkan dapat memanipulasi kebenaran untuk ambisinya.
Sekalipun si jahat begitu kuat dan selalu mencari kesempatan, Roh Kudus tidak pernah dikalahkan olehnya. Kebenaran ditentukan untuk menang dan ketidakbenaran selalu menjadi pihak yang kalah.