Tema : Berbuah Dalam Relasi Dengan Allah dan Sesama
Yoh 15:1-8
1“Akulah pokok anggur yang benar dan Bapa-Kulah pengusahanya. 2Setiap ranting pada-Ku yang tidak berbuah, dipotong-Nya dan setiap ranting yang berbuah, dibersihkan-Nya, supaya ia lebih banyak berbuah. 3Kamu memang sudah bersih karena firman yang telah Kukatakan kepadamu. 4Tinggallah di dalam Aku dan Aku di dalam kamu. Sama seperti ranting tidak dapat berbuah dari dirinya sendiri, kalau ia tidak tinggal pada pokok anggur, demikian juga kamu tidak berbuah, jikalau kamu tidak tinggal di dalam Aku. 5Akulah pokok anggur dan kamulah ranting-rantingnya. Barangsiapa tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia, ia berbuah banyak, sebab di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa. 6Barangsiapa tidak tinggal di dalam Aku, ia dibuang ke luar seperti ranting dan menjadi kering, kemudian dikumpulkan orang dan dicampakkan ke dalam api lalu dibakar. 7Jikalau kamu tinggal di dalam Aku dan firman-Ku tinggal di dalam kamu, mintalah apa saja yang kamu kehendaki, dan kamu akan menerimanya. 8Dalam hal inilah Bapa-Ku dipermuliakan, yaitu jika kamu berbuah banyak dan dengan demikian kamu adalah murid-murid-Ku.”
Pendahuluan
Suatu hari saya bertanya kepada anak saya, apa artinya bertumbuh? Kalau engkau bertumbuh berarti bagaimana? Sederhana sekali jawabannya, bahwa bertumbuh adalah jadi besar, tua, dll. Mgk sebagian orang Kristen sama seperti itu…..Mengerti bertumbuh sebatas rajin beribadah, rajin dengan Firman dan rajin berdoa.
Padahal, dalam teks kita nampaknya ciri pertumbuhan yang diinginkan Yesus adalah berbuah lebat. Pohon itu sempurna, makaranting yang ada padanya harusnya juga sempurna. Membuhkan hasil. Sebab dimanapun jikalau ranting tidak berbuah pastilah ia dipotong.
Bagaimana agar kehidupan kita berbuah lebat?
Isi
1. Meresapi Firman Allah
“…iman timbul dari pendengaran, dan pendengaran oleh firman Kristus.” (Roma 10:17).
Dalam bahasa Indonesia, ‘mendengarkan’ memiliki padanan kata yaitu ‘menyimak’. Menyimak berbeda dengan mendengar. Dalam KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia), menyimak berarti mendengarkan (memperhatikan) baik-baik apa yang diucapkan atau dibaca orang atau meninjau (memeriksa, mempelajari) dengan teliti. Mendengar berarti dapat menangkap suara (bunyi) dengan telinga/tidak tuli, atau mendapat kabar. Kata “menyimak” dalam bahasa Indonesia memiliki arti yang mirip dengan kata “mendengarkan”, bukan kata “mendengar”.
Dalam bahasa Mandarin kata menyimak ditulis listening_s . Kata tersebut terdiri dari empat bagian yaitu:
ear= telinga
you= anda
eye = mata
king = raja.
attention = perhatian yang tak terbagi
heart = hati/pemikiran/perasaan
Maka ‘menyimak’ atau ‘mendengarkan’ berarti menganggap orang lain yang sedang berbicara dengan kita sebagai raja, memberinya perhatian dan kehadiran anda sepenuhnya, focus, ada kontak mata dengan si pembicara dan telinga kita mendengar dengan seksama apa yang dikatakan orang tersebut.
Mendengar dari telinga masuk dalam hati – tentu dalam teks ini adalah Firman Allah. Bukan gosip atau hal-hal lain……
Firman Allah diyakini sebagai Firman yang mengubah kehidupan kita menjadi baru dan memberikan kita pengertian yang dalam.
Kita tidak akan pernah mengerti apa yang menjadi kehendak Allah, baik dan salah apabila tidak mengenal FirmanNya.
Ilustrasi : Suatu hari si cucu bertanya pada neneknya, apakah nenek mengerti Firman ketika ke gereja? Neneknya yang pandai itu bercerita tentang seorang tukang taman yang bodoh. Ia selalu membawa 2 ember air, namun yang satunya bocor. Setiap kali ia ……….
Firman itu dahsyat mengubah kehidupan kita, karenanya jangan malas merenungkannya agar imanmu bertumbuh baik.
2. Membagi Firman itu kepada orang lain…
Kalau kita bicara tentang buah, maka yang dimaksud lebat berarti buah yang bersifat positif, yang segar dan enak.
Untuk itu kita harus hidup di dalam Tuhan dan Tuhan hidup di dalam kita. Artinya, kita serupa dengan Tuhan. Di mana pohon yang baik haruslah menghasilkan buah yang baik. menyerupai Yesus.
Buah yang perlu nampak dalam kita adalah buah Roh yang tercatat dalam Gal 5:22-23:22
Tetapi buah Roh ialah: kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, 23kelemahlembutan, penguasaan diri. Tidak ada hukum yang menentang hal-hal itu.
Penuh kasih , sukacita, pembawa damai, sabar, murah hati, setia, lemah lembut, bisa menguasai diri.
Ilustrasi :
Billy Graham pernah berceritakan tentang pertobatan yang dialami oleh H.C. Morrison, pendiri dari Asbury Theological Seminary. Ia mengungkapkan bahwa pada suatu hari, Morrison, yang pada waktu itu bekerja di tanah pertanian, sedang membajak di sawah. Tiba-tiba ia melihat seorang pendeta Metodis yang sudah tua lewat dengan kudanya.
Morrison mengenal orang tua itu sebagai orang yang sangat ramah dan saleh. Ketika melihat orang tua tersebut lewat pada hari itu, ia seperti disadarkan akan dosanya yang sangat besar hingga ia jatuh berlutut. Di antara pematang-pematang sawahnya, ia menyerahkan hidupnya kepada Allah.
Ketika mengakhiri kisah nyata itu, Billy Graham berdoa dengan sungguh-sungguh, “Ya Allah, jadikanlah aku orang kudus seperti itu.”
Agustinus berkata, “Apakah Anda ingin menjadi kudus? Kalau begitu, praktekkanlah mulai sekarang.” Kekudusan yang sejati dan abadi berasal dari siapa diri kita. Meski tidak melakukan apa pun, kita tetap dapat memberi hal-hal yang bermanfaat bagi orang lain apabila kehidupan kita dibentuk oleh kasih karunia Allah. Bahkan tatkala kita tersisih karena usia tua, penyakit, atau keadaan, kita tetap bisa berbuah.
Mazmur 1:1-3
Berbahagialah orang yang tidak berjalan menurut nasihat orang fasik yang tidak berdiri di jalan orang berdosa, dan yang tidak duduk dalam kumpulan pencemooh, tetapi yang kesukaannya ialah Taurat TUHAN dan yang merenungkan Taurat itu siang dan malam Ia seperti pohon, yang ditanam di tepi aliran air yang menghasilkan buahnya pada musimnya, dan yang tidak layu daunnya; apa saja yang diperbuatnya berhasil.
Resapilah Firmannya dan jadilah cahaya bagi orang lain. Itulah ciri orang-orang berbuah lebat dalam Tuhan