MENGALAMI SANG HIKMAT
1RAJA 3:4-15
Ilustrasi : Pada abad ke-16 ada sebuah kisah tentang percakapan penuh selidik antara seorang pemuda yang ambisius dengan seorang kristiani yang saleh bernama St. Philip Neri. Sang pemuda berkata kepadanya dengan semangat, “Orangtua saya akhirnya menyetujui rencana saya untuk masuk sekolah hukum!” Philip hanya menanggapinya dengan sebuah pertanyaan, “Lalu bagaimana?”
Ia menjawab, “Lalu saya akan menjadi seorang ahli hukum!” “Lalu?” kejar Philip. “Lalu saya akan mendapatkan banyak uang, membeli sebuah rumah pedesaan, membeli kereta dan kuda-kuda, menikahi seorang wanita cantik, dan menjalani hidup yang menyenangkan!” jawabnya.
Lagi-lagi Philip bertanya, “Lalu?” “Lalu ….” Untuk pertama kalinya pemuda itu mulai merenungkan tentang kematian dan kekekalan. Ia menyadari bahwa ternyata ia tidak melibatkan Allah dalam rencana-rencananya, dan membangun hidupnya di atas nilai-nilai yang fana.
Masih banyak orang yang hidup nya penuh dengan pertanyaan, “lalu bagaimana?”,
anak2 muda kalau ditanyain, “besok besar mau jadi apa?” banyakkan jawabnya “belum tau” ada juga yang jawab “mau jadi orang kaya” bahkan ada yang jawab “mau cari suami yang kaya”.
Mereka hanya stagnan sampai kepada kehidupan yang nyaman, segala fasilitas hidup terpenuhi, mungkin seperti di film2 drama korea begitu.
Karena itu, demi mencapai hal tersebut banyak anak2 muda/remaja rela melakukan apa saja untuk tujuan hidup yang sementara itu. Lalu kalau misalnya mimpinya terwujud, jadi orang sukses/kaya raya tetapi terjerumus narkoba…masih saja ada “lalu,bagaimana?”, kalau tidak terwujud pesimis, terjerat utang, anti sosial “lalu, bagaimana?”
Perlu berhikmat menjalani hidup ini, orang yang berhikmat bukan lagi bertanya “lalu bagaimana” tetapi ia punya prinsip “tahu bagaimana”
- Ia tahu membedakan benar dan salah,
- Tau memilih yang benar dan melakukan yang benar
- bukan berarti kesuksesan dan kekeyaan itu tak penting, orang berhikmat tau bagaimana menjalani kesuksesannya (tidak sombong, tidak dengki) dan tau bagaimana mempergunakan uangnya (tidak pelit, tidak juga boros)
- tau arti hidupnya
di malam akhir tahun 2019 ini kita belajar dari bacaan Firman Tuhan, yang tidak kebetulan berbicara tentang Raja Salomo. Raja yang terkenal karena hikmat nya yang luar biasa, termasyur sampai ke negeri seberang, dipuji2 banyak orang, namun sayang sekali di akhir hidupnya hati berubah setia, dia berpaling kepada dewa2 sesembahan istri2nya…
Apa yang mau bersama kita renungkan adalah, mari hidup lebih berhikmat dari Salomo… berhikmat bukan hanya di awal tahun, tetapi sepanjang tahun2 yang telah Tuhan berikan pada kita.
Ada 3 hal yang dapat kita pelajari dari Firman Tuhan malam ini:
- Hidup yang berhikmat di mulai dengan “TAKUT AKAN TUHAN” (ayat 4)
apa itu hati yang takut akan Tuhan? Hati yang menghormati Tuhan Allah dengan sungguh, menempatkan Dia di tempat yang tertinggi dalam hati kita…’ di atas segala2nya…tanpa Tuhan aku tidak dapat melakukan apa2
Itulah mengapa Abraham di kisahkan rela mengorbankan anaknya yang sangat dikasihinya, bukan karena kejam, tapi karena ia tau menempatkan Tuhan di posisi yang tertinggi dalam hidupnya.
Itulah mengapa Daud sampai mau menari2 dengan telanjang dada ketika mengangkut kembali tabut perjanjian ke Israel,bukan karena ia tidak punya harga diri tetapi karena ia tau bagaimana menghormati Tuhan dengan seluruh hidupnya.
Kali ini, Salomo, anak Daud, ketika ia baru saja dipilih menggantikan ayahnya menjadi raja, ia pun mengambil langkah bijaksana untuk memberikan tempat tertinggi kepada Allah.
Ia pergi untuk mempersembahkan korban persembahan kepada Allah. ke Gibeon… (tempat di mana Allah pernah menghentikan matahari untuk memberi kemenangan kepada Israel, di bukit itu juga masih terdapat kemah pertemuan Allah yang dibuat Musa.
Salomo bersama dengan segenap bangsa Israel, hari itu mempersembahkan korban bakaran 1000 ekor. Kalau kita bayangkan 1000 ekor itu banyak sekali, tapi hari itu yang dipersembahkan Salomo bukan hanya 1000ekor itu, tetapi juga hatinya. Ia ingin Tuhan menempati tempat tertinggi dalam hatinya, karena itu ketika diberikan ijin oleh Tuhan untuk mengajukan apa saja, yang diminta Salomo “HIKMAT”.
Tanpa Tuhan yang menyertainya, tidak akan sanggup untuk menjalankan tugas memimpin bangsa israel.
seperti inilah orang yang sungguh2 mencari Tuhan dengan segenap hatinya…
Sekarang pertenyaannya : “siapakah yang menduduki tempat tertinggi dalam hati kita?”
-kalau diri kita yang mendudukinya, maka tidak heran keegoisan merajalela
-kalau harta yang mendudukinya, maka tidak heran
-tetapi kalau Tuhan yang mendudukinya, maka “semuanya itu akan ditambahkan kepadaMu” (mat6:33)
2. Orang berhikmat tau bagaimana menjalani kehidupannya (10:4-6)
Menjalani kehidupan ini bukanlah hal yang mudah bagi manusia, hidup ini penuh dengan pilihan, dan setiap pilihan punya konsekuensinya, dan setiap konsek punya dampak, dan dampak itu yang dilihat dan dinilai orang.
Dari penampilan, cara berbicara dan menyelesaikan masalah orang menilai kita, apakah kita ini benar2 anak Tuhan yang berhikmat.
Bagi seorang anak Raja seperti Salomo, dia punya banyak pilihan menjalani hidupnya, dan bebas menentukan kehidupannya.
Dan Salomo membuktikan hikmatnya dari cara dia memerintah bangsa Israel, menyelesaikan masalah dan juga mengatur segala sesuatu yang ada di dalam kerajaannya.
dalam pasal 10, dikisahkan tentang ratu Syeba yang berkunjung ke kerajaan Israel, karena penasaran dengan hikmat Salomo.
1 Raja 10:4-6:
…..
Kita diberi hak untuk menentukan pilihan hidup kita dan menjalaninya, tetapi kalau kita ingin hidup yang bermakna, maka pilih lah Yesus sebagai juruselamatmu, dan jalani hidup ini bersama dengannya.
3. Orang berhikmat punya komitmen mengikut Tuhan (14)
Butuh komitmen yang kuat untuk hidup sebagai orang2 berhikmat.
Apa yang kita lakukan kemarin, tidak menjamin kita untuk melakukan yang sama pada hari ini. Apakah kita akan mengikuti Tuhan atau tidak, itu adalah keputusan yang harus kita ambil hari demi hari, bahkan saat demi saat.
I Raja-raja 11:1-8
“Adapun raja Salomo mencintai banyak perempuan asing. Di samping anak Firaun ia mencintai perempuan-perempuan Moab, Amon, Edom, Sidon dan Het, padahal tentang bangsa-bangsa itu TUHAN telah berfirman kepada orang Israel: “Janganlah kamu bergaul dengan mereka dan merekapun janganlah bergaul dengan kamu, sebab sesungguhnya mereka akan mencondongkan hatimu kepada allah-allah mereka.” Hati Salomo telah terpaut kepada mereka dengan cinta. Ia mempunyai tujuh ratus isteri dari kaum bangsawan dan tiga ratus gundik; isteri-isterinya itu menarik hatinya dari pada TUHAN. Sebab pada waktu Salomo sudah tua, isteri-isterinya itu mencondongkan hatinya kepada allah-allah lain, sehingga ia tidak dengan sepenuh hati berpaut kepada TUHAN, Allahnya, seperti Daud, ayahnya.
Sudah jelas perintah Tuhan untuk Salomo, “ketika ia taat mengikuti jalan Tuhan, maka berkat Tuhan senantiasa ada padanya”
TAPI TAAT BEDA DENGAN SETIA. TAAT adalah tindakan, sedangkan SETIA adalah waktu
Sayang sekali, Salomo lebih mencintai wanita2 asing, yang mencondongkan hatinya dari pada Tuhan.
Salomo yang tadinya dengan penuh semangat mempersembahkan korban di bukit pengorbanan, di akhir hidupnya membangun kuil untuk dewa2 bangsa asing juga di bukit pengorbanan.
Hatinya yang tadinya tidak dapat hidup tanpa Tuhan, sekarang menyingkirkan Tuhan dari hatinya.
Yang bertahta dalam hatinya bukan lagi Tuhan, yang mengatur kehidupannya, bukan lagi Tuhan tetapi diri sendiri.
Salomo tidak sepenuhnya berpaling dari Tuhan. Sebaliknya, ia “tidak dengan sepenuh hati mengikuti Tuhan”. Dengan kata lain, ia tidak dingin, juga tidak panas. Ia suam-suam kuku. Ia lebih memilih untuk mengikuti daging dan keinginan-keinginannya daripada mengikuti Tuhan dan perintah-perintah-Nya. Reaksi Tuhan terhadap perubahan hati Salomo ini diberikan dalam 1 Raja-raja 11.
I Raja-raja 11:9-12,14,23,26
“Sebab itu TUHAN menunjukkan murka-Nya kepada Salomo, sebab hatinya telah menyimpang dari pada TUHAN, Allah Israel, yang telah dua kali menampakkan diri kepadanya, dan yang telah memerintahkan kepadanya dalam hal ini supaya jangan mengikuti allah-allah lain, akan tetapi ia tidak berpegang pada yang diperintahkan TUHAN. Lalu berfirmanlah TUHAN kepada Salomo: “Oleh karena begitu kelakuanmu, yakni engkau tidak berpegang pada perjanjian dan segala ketetapan-Ku yang telah Kuperintahkan kepadamu, maka sesungguhnya Aku akan mengoyakkan kerajaan itu dari padamu dan akan memberikannya kepada hambamu.
Sekalipun Salomo telah ditegur oleh Tuhan, ia tidak berubah. Bahkan, bila kita membaca lebih jauh, kita akan melihat bahwa Salomo berusaha keras untuk melawan apa yang dinubuatkan Allah mengenai kehancuran kerajaan-Nya (1 Raja-raja 11:40)
Contoh kehidupan Salomo ini memperlihatkan apa yang dapat terjadi pada seorang abdi Allah jikalau ia mengizinkan dunia ini hidup di dalam hatinya: ia akan segera menyembah apa yang disembah oleh dunia.
Lalu bagaimana ataukah “tahu bagaimana”