Amsal 30:1-33; “KERENDAHAN HATI YANG BERBICARA”
Kalimatnya berbeda dengan kalimat doa seorang Farisi dalam Lukas 18:11. Agur bin Yake dari Masa justru mengatakan “sebab aku ini lebih bodoh daripada orang lain”. Bodoh di sini mengacu kepada kurangnya pengetahuan atau kurangnya hikmat pengertian. Benarkah ia seorang yang bodoh ketimbang kebanyakan orang lain?
Saya justru menilai Agur bin Yake sebagai seorang yang memiliki pengetahuan yang luas. Dari tulisannya, ia adalah seorang perenung yang sangat teliti terhadap detil-detil obyek pengamatannya. Ia dapat berceritra dari jalan hewan, kehidupan sosial, hingga sifat manusia.
Satu-satunya alasan di mana ia mengatakan dirinya bodoh disebabkan “pengetahuan esensial”, diri yang jujur mengakui bahwa “pengetahuan Sang Pencipta” teramat dalam, sehingga manusia hanya bisa mengerti permukaan yang nampak, namun di balik yang nampak mengandung misteri yang amat dalam.
Yohanes Calvin mengatakan, “untuk mengenal diri dengan benar, kita lebih dahulu perlu mengenal Sang Pencipta”. Agur bin Yake memiliki pengetahuan itu sehingga ia mengerti bahwa ia tidak tahu banyak hal, atau kurangnya pengetahuannya.
Saya pikir, hal itulah yang membuat Agur bin Yake berbeda dengan orang Farisi dalam Lukas 18:11. Orang yang makin berisi akan makin merunduk, dan salah satu indikator orang yang memiliki pengetahuan dan hikmat adalah tidak menunjukkan dirinya berpengetahuan, namun orang sekitarnya mengerti bahwa ia istimewa.
Amsal tulisan Agur ini sangatlah terkenal bahkan menjadi referensi khotbah banyak pendeta, khususnya bagian ayat 24-31. Penutupnya adalah kunci yang disampaikan Agur, yakni, “Bila engkau menyombongkan diri tanpa atau dengan berpikir, tekapkanlah tangan pada mulut”!
Jelas, ia bukan seorang bodoh, tetapi seorang yang rendah hati.