Lukas 12:13-21. Bagian ini sering disebut sebagai perumpamaan tentang orang kaya yang bodoh:
Yesus mengajarkan perumpamaan ini kepada orang-orang yang memiliki orientasi kekayaan, namun belum siap untuk memiliki semuanya itu. Tidak sedikit orang yang seperti itu, mengejar harta namun kemudian lupa akan hal terpenting dalam hidupnya, yaitu jiwanya. Ada sebuah ilustrasi seperti demikian:
Sekelompok perampok di Perancis telah melarikan sejumlah uang lebih dari 3,5 juta dolar. Tetapi para perampok itu mendapat masalah. Hasil rampokan itu berupa uang logam Perancis yang masing-masing bernilai dua dolar dan berat totalnya 17 ton!
Sebuah suratkabar Perancis mengejek para perampok itu dengan pernyataan berikut: “Kalian tak dapat membeli istana, mobil, atau bahkan sepasang sepatu kulit buaya dengan berkarung-karung uang receh. Dan bila kalian keluar untuk merayakan keberhasilan kalian, pemilik kedai terkecil pun akan mulai curiga sebelum kalian meletakkan koin kesepuluh di tempat pembayaran.” Selanjutnya, dalam artikel itu dikatakan, “Hukuman mereka ada di dalam kesuksesan mereka. Mereka harus menghabiskan uang rampokan mereka franc demi franc. Mereka dapat membeli jutaan botol minuman ringan. Tetapi apa lagi selain itu?” Apa yang dimiliki para perampok itu dapat disebut sebagai kekayaan yang miskin. Walaupun kaya, mereka tidak dapat membelanjakan uang mereka untuk sesuatu yang berharga.
Hal yang real memang selalu lebih mempesona daripada yang tidak kelihatan, bahkan kilauannya membuat 2 orang bertengkar dan ingin menjadikan Yesus sebagai pengantara atas harta mereka atau hakim untuk membagi warisan. Dalam doa banyak orang, Yesus pun seringkali menjadi hakim atau perantara berkat, doa yang ditegur Yesus justru doa yang isinya memperioritaskan berkat dan bukan diri-Nya.
Kepada banyak orang dalam kondisi tersebut, Yesus memberikan perumpamaan yang intinya adalah, “Apalah gunuanya hartamu apabila kekayaanmu tidak menjadi berkat dan membawamu ke Sorga”. Kesimpulannya adalah, Yesus ingin perumpamaan itu menjadi pengetahuan bagi setiap pendengarnya agar mempergunakan hidupnya dengan tepat.
I’d rather have Jesus than silver or gold
I’d rather be His than have riches untold;
I’d rather have Jesus than houses or lands,
I’d rather be led by His nail-pierced hands. –Miller