Dalam sejarah manusia, tidak terhitung banyaknya penguasa yg menginginkan hidup yang abadi, hidup yang tiada akhir. Segala macam dicari untuk memberikannya kuasa abadi. Salah satu contoh adalah, penjelajah asal Spanyol Juan Ponce de León, 3 Maret 1513, memulai suatu ekspedisi yang terkenal. Ia berlayar dari Puerto Riko dengan harapan mencapai Pulau Bimini. Menurut legenda, ia mencari sumber air ajaib—Mata Air Awet Muda. Tetapi, ia berlabuh di tempat yang sekarang adalah negara bagian Florida, AS. Tentu saja, ia tidak pernah menemukan mata air yang memang tidak ada itu.
Manusia tidak mampu melawan providensia Allah. Pengkhotbah 12:7 sudah menuliskan bahwa manusia yang dari debu akan kembali menjadi debu. Waktu adalah alat untuk menunjukkan kelemahan manusia yang makin hari makin tua. Waktu adalah alarm bagi manusia untuk sadar kalau hidup memiliki awal dan akhir. Waktu memberitahukan manusia tentang perubahan dan pergantian generasi. Dengan demikian pentinglah seseorang menyadari akan hakekat hidupnya selama ada kesempatan.
Rasul Yakobus pernah menuliskan: “…. kamu tidak tahu apa yang akan terjadi besok. Apakah arti hidupmu? Hidupmu itu sama seperti uap yang sebentar saja kelihatan lalu lenyap” (Yakobus 4:14).
Ayat di atas penting untuk berjaga jaga dalam singkatnya waktu. Hidup dalam dunia ini bukanlah soal mencari keabadian, namun mencari arti hidup. Arti hidup seperti apa yang kita cari? Harta, jabatan, dll adalah alat hidup bukan tujuan hidup, alat harus diapakai untuk tujuan dan tujuan kita adalah memuliakan Bapa di Sorga. Tujuan inilah arti hidup kita dan kebadian akan datang dalam kemuliaan kekal kelak.