Kisah Para Rasul 17:23
Sebab ketika aku berjalan-jalan di kotamu dan melihat-lihat barang-barang pujaanmu, aku menjumpai juga sebuah mezbah dengan tulisan: Kepada Allah yang tidak dikenal. Apa yang kamu sembah tanpa mengenalnya, itulah yang kuberitakan kepada kamu.
Yunani merupakan bangsa yang terkenal pintar atau sebutlah beberapa orang-orang hebat berasal dari sana, bahkan memiliki kebudayaan yang sangat tinggi. Dalam suatu kesempatan, Paulus melihat mezbah dan tertulis, “kepada allah yang tidak dikenal”. Menarik sekali, Pengetahuan yang tinggi pada bangsa Yunani tetap membuat mereka bingung dan tidak dapat mengerti tentang dewa yang mereka sembah. So…mereka mengetahui ada otoritas yang lebih tinggi, namun pikiran mereka mandek untuk mengenalnya. Saya pikir, mereka sudah lelah atau terus mendiskusikan hal itu, namun tetap sia-sia. Tidak heran kalau mereka tidak menemukan jawabannya, karena sosok yang mereka pikirkan bukan hal mudah bahkan mustahil untuk dikenal. Dia makhluk supranatural, melintasi alam dan segala zaman.
Francios Wendel, dalam bukunya, CALVIN, Asal usul dan Perkembangan Pemikiran Religiusnya, menuliskan mengenai Calvin yang menjelaskan perihal Allah yang transenden (hal. 162). Calvin berpendapat bahwa, Allah hanya dapat dikenal di dalam Yesus Kristus, di luar itu manusia hanya meraba dan menafsirkan Allah. Dalam konteks zaman kini, kita hanya dapat mengenal Allah sejauh Alkitab menuliskannya, dan selebihnya adalah misteri-misteri tentang Allah hanya dimengerti oleh orang-orang kepada siapa hal tersebut dinyatakan.
Paulus yang pernah bertemu dengan Yesus dalam sebuah penglihatan (Kis 9), kemudian menawarkan diri untuk menceritakan tentang Allah kepada mereka. Sebuah kebanggaan bisa menceritakan yang MUTLAK kepada mereka yang mencari kebenaran. Inilah mungkin yang Paulus katakan, kemegahanku adalah mengenal akan Dia dan pengetahuan akan penebusanku (Gal 6:14).
Tentu Paulus tidak terlalu sulit untuk menceritakan kisah Allah kepada mereka, pertama, Paulus pun seorang jenius yang bisa mencampurkan teologi ke dalam filsafat. kedua, Paulus kurang lebih menguasai materi tentang Allah (walau sebatas yang dinyatakan kepadanya) dan fasih dalam menyampaikannya. Hasil dari pemberitaan ini, tidak sedikit yang akhirnya menyembah “Allah yang kini telah mereka kenal”.
Dari perenungan ini, ada 4 hal menarik:
a. Di sekitar kita masih banyak orang yang menyembah allah yang tidak mereka kenal, dan tugas kita untuk men-sharingkan Allah dalam Yesus yang kita kenal melalui Injil.
b. Kebanggaan kita bukan terletak pada hikmat duniawi, tetapi hikmat surgawi, di mana kita dipercayakan mengenal Juruselamat kita.
c. Pentinggnya banyak belajar agar kita dapat memberitakan Allah dengan baik, mungkin atau sekalipun di Atena. Hehehe
d. Kuasa Allah akan memberi pengertian kepada orang yang mendengar Injil ketika kita sudah memberitakannya.
*Ayo semangat memberitakan kebenaran firman-Nya*