Pdt. Hamzah, M.Th
Pengantar
Surat Roma terbilang sulit untuk dibahas secara praktis, karena surat Roma merupakan surat yang bersifat doktrinal, khususnya ajaran mengenai keselamatan oleh iman di dalam Kristus.
Namun demikian, surat Roma harus dibahas dalam kelas-kelas pengajaran gereja atau menjadi topik diskusi di warung-warung kopi, karena tanpa surat Roma maka pembaca Alkitab akan sulit memahami ajaran tentang keselamatan yang merupakan salah satu pokok penting dalam iman Kristen.
Sekalipun sulit membahasnya, namun surat Roma tidak sedikit mengubah pandangan para teolog bahkan juga mengubah kehidupan mereka, di antaranya adalah st.Agustinus dan Martin Luther. Itu sebabnya, penulis berharap bahwa tulisan ini pun dapat sedikit banyaknya memberikan kita pemahaman mendasar, khususnya Roma 1:1-32.
Dalam tulisan singkat ini penulis tidak membahas ayat per ayat. Penulis akan membahas hal-hal pokok yang menurut hemat penulis dapat memberikan pemahaan komprehensif kepada pembaca.
I. ROMA 1:1-7
a. Dari saya (Paulus) kepada kamu yang di Roma
Paulus mengungkapkan identitas dirinya sebagai hamba Yesus Kristus, yang dipanggil (kletos – yang dipanggil/ diundang – 10 x dlm PB) untuk “menggemakan” Injil tentang Yesus Kristus yang telah dinubuatkan dalam PL. Paulus menyebut Yesus sebagai Anak Allah yang berkuasa – TUHAN kita,
Pengajaran dan teladan/integeritas merupakan dua bagian yang tidak terpisahkan, di mana Paulus menyebut, kami/kamu dijadikan Kudus (Aphorizo) – dikhususkan/dipisahkan – beda dari orang lain-lebih secara integritas).
II. Roma 1:8-17
b. Aku Berhutang kepada Semua Orang Di Roma
-Bagian ini menunjukkan kerinduan Paulus yang sangat besar terhadap orang Kristen di Roma. Walaupun Paulus bukan pendiri jemaat di Roma, namun panggilan Paulus terlihat meliputi seluruh dunia. Namun prinsip Paulus tentu menjadi suatu hal yang dikatakan ayat 13 sebagai penghalang (lihat penghalang Paulus dalam Roma 15:20-22 karena prioritas tempat yang perlu dikunjungi terlebih dahulu). Roma 1:13 dan Roma 15:20-22 menunjukkan iman Kristen di Roma sangat baik, karenanya, Paulus mengatakan pada ayat 8, “imanmu terdengar di seluruh dunia” (dunia [kosmos – alam semesta – di kalangan Kristen yang lain] – iman jemaat Roma terdengar baik di kalangan orang Kristen yang lain).
-Sekalipun demikian Paulus tetap rindu ke Roma, terlihat juga dalam Roma 15:20-22, di mana ia berharap dapat ke Roma setelah singgah di Spanyol. Dalam catatan sejarah, surat Roma ditulis tahun 57 awal, namun kerinduan Paulus tercapai untuk ke Roma adalah tahun 60 SM. Karena Injil, Paulus dipenjarakan hingga tahun 62 (60-62), kemudian tahun 64 kembali dipenjarakan hingga meninggalnya dalam hukuman penggal oleh kaisar Nero.
-Semangat Paulus dilatar belakangi dengan 3 hal, yaitu:
1. kata “hutang (lih ayat 14)”. Dalam bahasa Yunani, kata “berhutang” adalah opheilema, yang bisa diartikan “orang berhutang yang wajib membayar hutangnya”, sebuah keharusan untuk menyelesaikan tugasnya- Hutang Paulus ditujukan kepada orang Yunani dan bukan orang Yunani -suatu perbandingan antara orang terpelajar dan orang yang tidak beradab (ayat 14 : “barbaros” – orang setempat/lokal yang tidak beradab)
2. berikut yang mendorongnya adalah, keyakinan bahwa hanya berita Injil yang sanggup menyelamatkan manusia (1:16).
Paulus ingin membina jemaat di Roma agar mereka bukan hanya percaya kepada berita tentang Yesus Kristus, tetapi juga bertumbuh dalam ketaatan kepada Kristus (1:5, 11).
3. Ayat 16-17 : Kunci pokok mengerti doktrin keselamatan Paulus adalah bagian ayat ini. Bagian ayat ini juga yang membuka mata Luther melihat bahwa keselamatan bukan oleh perbuatan baik, tetapi karena kasih karunia Allah dalam kematian Yesus (ini disebut injil [euangelion] – kabar baik). Frasa “kebenaran (dikaiosune)” bisa diterjemahkan sebagai keadilan. Jadi “keadilan Allah” yang harusnya berupa hukuman terhadap kita ditanggung oleh Yesus. Karenanya, kata “kebenaran” juga bisa diterjemahkan sebagai “pembenaran/status yang dibenarkan – penebusan”. Keyakinan yang kuat akan hal itu adalah “kekuatan (dunamis)” yang menyelamatkan dan hanya bisa diterima dengan iman.
III. Roma 1:18-32
c. Diserahkan kepada Keinginan Hati
Bagian ini dapat dikatakan salah satu bagian yang membahas masalah Homoseksual dan Lesbian, atau penyimpangan orientasi seksual yang dilakukan secara terang-terangan bahkan membudaya dalam masyarakat Romawi. Dalam kaitannya dengan Roma 1:14, Paulus memakai kata “barbaros”, tentu saja hal tersebut dapat diartikan keseluruhan tindakan mereka yang tidak beradab.
Homoseksual dan Lebian termasuk tindakan tidak beradab, kedua penyimpangan seksual itu selalu dikategorikan bersama pelacuran, kesombongan dan hal-hal dosa yang lainnya.
Pendukung LGBT melihat Roma 1:18-32 sebagai bagian yang tidak ada kaitannya dengan LGBT, mereka menafsirkan bahwa kasus dalam Roma 1:18-32 adalah bukan masalah LGBT, melainkan masalah penyembahan berhala atau paganisme yang menciptakan produk manusia barbarian.
Terlepas dari hal paganisme dan tidak dapat dipungkiri bahwa kata keinginan hati nampaknya sudah termasuk pola hidup dalam konteks budaya Romawi. Keinginan hati yang ditulis Paulus dalam ayat 24 adalah epithumia yang dapat diterjemahkan juga sebagai keinginan. Kata epithumia dalam arti negatifnya dipakai dalam kaitannya dengan birahi (seks) di Mat 5:28; Ef 2:3; 1 Yoh 2:16; 1 Ptr 2:11. Dengan “saling mencemarkan tubuh”, berarti, bahwa lesbian dan homoseksual merupakan keinginan hati yang mereka nikmati.
Dalam film Spratacus: Blood and Sand, adalah film recommeded yang mengisahkan budaya Romawi yang liar dan penuh intrik politik. Penulis menyaksikan bagaimana kehidupan lesbian dan gay menjadi budaya yang sangat diminati, baik bagi pembesar, masyarakat bahkan budak belian sekalipun.
Paulus menuliskan bahwa keinginan hati mereka yang tercemar itu lebih kuat daripada pengetahuan mereka terhadap Allah (ayat 20). Memang dalam teologi, dikenal sebuah istilah, “sense of Devine”, secara alamiah setiap ciptaan memiliki “rasa” atau bibit mengerti mengenai suatu otoritas yang lebih tinggi daripadanya. Saat itu iman kekristenan tersiar di Roma dan mereka tidak dapat berdalih mengenai hal kepercayaan kekristenan dan ajarannya, namun keinginan hati yang tercemar tidak mengindahkan pengetahuan tentang Allah yang mereka miliki.
Penutup
Paulus dalam surat Roma 1:1-32 memakai kesaksian hidupnya sebagai hamba Yesus Kristus untuk mendorong jemaat di Roma agar mengerti panggilan mereka sebagaimana Paulus mengerti panggilan dirinya sendiri. Paulus memahami panggilan setiap orang Kristen sebagai :
a. hamba Yesus Kristus
b. yang dipisahkan atau berbeda dengan dunia ini
c. berhutang untuk menyampaikan kabar baik bagi sekitarnya
pokok atau inti pengabaran injil yang Paulus tekankan adalah ajaran tentang Yesus Kristus dan keselamatan oleh iman kepada-Nya. Hal tersebut diyakini Paulus sebagai “big power” atau kekuatan yang menyelamatkan setiap orang. Ajakan yang diberikan Paulus kepada jemaat di Roma tentu bukan hal yang mudah, mengapa? Budaya Roma sangat “barbarian” dan Paulus menyadari bahwa keinginan hati mereka akan dosa jauh melebihi keinginan mereka untuk berubah kendati mereka memiliki pengetahuan bahwa Allah mengajarkan segala sesuatu yang bertolak belakang dengan keinginan hati dan tindakan mereka.
– Tulisan Berikutnya, Roma 2:1-29 –